5 Hal Menarik Tentang Katrina Kaif Yang Tambah Bikin Jatuh Cinta

Katrina Kaif bukan tipe orang yang banyak berbicara. Ia pun tak mau banyak komentar dan lebih memilih untuk mengurusi urusannya sendiri.

"Saya seorang yang privat, tapi juga sangat sensitif dan emosional. Saya diam dan tak peduli urusan orang lain. Saya menyimpan semuanya sendiri setiap saat. Orang-orang di kehidupan saya adalah orang di kehidupan saya, dan mereka memiliki dedikasi saya, waktu, dan dukungan," ujarnya.

Katrina Kaif merupakan sosok perempuan yang tidak suka bermalas-malasan, ia suka mengatur semuanya agar berjalan dengan baik. Ia juga dikenal pandai mengatur rumah.

"Saya mencoba mengatur segala aspek dalam hidup saya dengan baik. Itulah mengapa terkadang saya tidak terlalu suka ambil pusing. Saya berada di luar cukup lama, tapi hidup berubah dan kau harus beradaptasi di fase yang berbeda di hidupmu," kata dara kelahiran Hong Kong, 16 Juli 1983 tersebut.

Katrina Kaif tak suka banyak mengeluh. Ia lebih memilih untuk menyelesaikan dan menghadapi masalah daripada berkutat dengannya.

"Hidup akan memberikanmu momen luar bisa, namun terkadang juga yang tak kau harapkan. Kau harus mengalami saat-saat jatuh. Dan ketika kau naik lagi, dan itu pasti, kau akan merasa lebih tinggi dan baik. Cobaan setiap orang berbeda. Tapi buat saya, saya selau mencoba untuk selalu bahagia agar hidup saya seimbang," kata Katrina Kaif tentang menghadapi pasang surut kehidupan.

Rajin, selalu mendengarkan, dan mampu membaur dengan baik. Begitulah kira-kira Katrina Kaif saat sedang di lokasi syuting. Katrina selalu bisa merasakan ketika sutradara tak menyukainya. Ia ingin 'nyambung' dengan sutradara agar bisa melaksanakan tugasnya dengan lancar. Ia pun selalu berusaha bersikap dan bekerja dengan sebaik-baiknya.

Ia selalu dicibir karena dianggap tidak menguasai bahasa leluhurnya, Bahasa Hindi. Maklum, ia besar di negeri asal ibundanya di Inggris. Namun Katrina Kaif membuktikan sebaliknya, tak hanya mampu berbicara Bahsa Hindi, ia juga bisa membaca tulisan dalam bahasa tersebut.

"Saya selalu memaksa agar naskah diberikan dalam huruf Devanagari (tulisan India) jadi ketika saya sedang duduk di ruangan saya, saya membaca dalam Bahasa Hindi," ungkapnya.