Sukses

Mengenal Film Siti, Pemenang AFI 2015

Siti mungkin terdengar asing dibanding dua nominator lain film terbaik AFI 2015, Filosopi Kopi dan Tabula Rasa.

Liputan6.com, Jakarta Malam puncak perhelatan Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2015 yang berlangsung di Benteng Veredeburg, Yogyakarta, Sabtu (24/10/2015) malam memenangkan film berjudul Siti.

Bagi kebanyakan orang, Siti mungkin terdengar asing dibanding dua nominator lain saingannya di kategori Film Fiksi Panjang, Filosopi Kopi dan Tabula Rasa. Sebab hingga kini Siti tak tayang di bioskop komersil macam jaringan Cinema 21 maupun lainnya. Siti hanya wara-wiri dari festival ke festival maupun klub film independen.

Baca juga:Ini Daftar Lengkap Pemenang AFI 2015

Seperti apa sih film Siti?

Adegan film Siti. (dok. istimewa)

Di sinopsisnya tertulis, film Siti mengisahkan kehidupan satu hari seorang perempuan bernama Siti (diperankan Sekar Sari), 24 tahun. Ia seorang ibu muda, mengurusi ibu mertuanya, Darmi, anaknya, Bagas (Bintang Timur Widodo), dan Suaminya, Bagus (Ibnu widodo).

Bagus mengalami kecelakaan saat melaut setahun yang lalu mengakibatkan tubuhnya lumpuh. Kapal Bagus yang baru dibeli dengan uang pinjaman hilang di laut. Siti berjuang untuk menghidupi mereka.

Di saat keadaan makin terjepit karena lilitan utang, Siti terpaksa bekerja siang dan malam. Pada siang hari Siti berjualan Peyek Jingking di Parangtritis. Malam hari Siti bekerja sambilan sebagai pemandu karaoke.

Bekerja sebagai pemandu karaoke membuat Bagus tidak mau bicara lagi dengan Siti. Keadaan membuat Siti frustasi. Kehidupan malam di tempat karaoke membuat Siti berkenalan dengan seorang polisi bernama Gatot. Gatot menyukai Siti dan ingin menikahinya. Siti dalam kebimbangan. Tekanan hidup membuat Siti harus memilih untuk kebahagiaan dirinya.

Adegan film Siti. (dok. istimewa)

Siti digarap sutradaa Eddie Cahyono yang sebelumnya membuat Cewek Saweran (2011) dan sejumlah film pendek. Meski ditilik dari ceritanya, Siti penuh drama, filmnya tak dianggap komersil. Siti berformat hitam-putih dengan rasiio gambar 4:3. Pilihan mensyut hitam-putih, kata sutradaranya, awalnya karena masalah finansial. "Nggak ada uang untuk lightning," katanya seperti dikutip laman Muvila.

Pilihan hitam-putih kemudian memang membuat Siti terlihat artistik. Akting Sekar sebagai Siti juga total dan paling banyak dapat pujian.

Sejak diputar perdana di Jogja-Netpac-Asian Film Festival (JAFF) 2014, Siti sudah berkeliling berbagai festival film, mulai dari Singapore International Film Festival ke-25 pada Desember 2014, dan masuk program Bright Future dalam Rotterdam International Film Festival 2015.

Tahun ini pula Siti memperoleh penghargaan di ajang Shanghai International Film Festival untuk kategori Sinematografi dan Skenario Terbaik sesi Asia New Talent Award.

Pertanyaan, di mana bila ingin menonton film Siti? Hm, satu-satunya cara rasanya hanya memantau program bioskop independen klub film macam Kineforum atau festival independen di daerah Anda berada, siapa tahu Siti diputar. Kita juga hanya bisa berdoa ada TV yang mau memutarnya. Atau, mari berharap dirilis DVD resminya. (Ade/Fir)

Video Terkini