Liputan6.com, Jakarta Yayasan Pembina Model Indonesia (YAPMI) bekerja sama dengan PT Pranada Indonesia menyelenggarakan ajang Indonesian Top Model 2015. Sayangnya, setelah mendapatkan 10 pemenang, hadiah yang dijanjikan tak kunjung datang.
Padahal, PT Pranada Indonesia selaku investor berjanji akan memberikan hadiah Rp 1 miliar kepada masing-masing pemenang. Dana yang ditalangi YAPMI pun tak kunjung dibayar.Â
YAPMI yang tidak terima kerja sama bodong ini melaporkan PT Pranada Indonesia ke Polda Metro Jaya. Sang direktur, Rizky Firmansyah, berjanji akan melunasinya, tapi mangkir. Bahkan, ada kabar pihak Rizky balik melaporkan YAPMI dengan dugaan pemerasan.
Advertisement
"Terkait kerja sama antara YAPMI dengan PT Pranada Indonesia, yang ditandatangani pada 28 Maret 2015 bernilai kontrak Rp 13 miliar. Kerja sama dengan Rizky Firmansyah selaku Direktur PT Pranada Indonesia. Semua biaya yang dijanjikan PT Pranada tidak pernah dicairkan ke YAPMI," kata Pieter Ell, di kawasan Rawamangun, Jakarta, Kamis (12/11/2015) malam.
"Untuk itu YAPMI melaporkan PT Pranada Indonesia ke Polda Metro Jaya pada 16 Juni 2015. Selain itu, pada 17 Juli 2015 Rizky membuat pernyataan akan melunasi utangnya. Sampai kini, tidak ada iktikad baik darinya," lanjutnya.
Bukannya membayar perjanjian, Rizky justru melaporkan balik YAPMI dengan tuduhan melakukan pemerasan.Â
"Anehnya klien kami malah dilaporkan balik melakukan tindak pemerasan. Kami akan datangi Polda untuk mempertanyakan keadilan, kami tanyakan Rp 13 miliar yang harus dibayarkan oleh Rizky," sambung pengacara yang pernah menangani kasus prostitusi artis Muncikari RA tersebut.
Selain itu, Ketua YAPMI Pusat, Iwan Setiawan berharap Rizky Firmansyah dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pasalnya, ada 10 pemenang yang nasibnya masih terkatung-katung.
"Audisi Indonesian Top Model ini dari berbagai daerah, pemenangnya dijanjikan Rp 1 miliar, dan katanya akan berangkat ke Australia sebanyak 10 orang. Kita berharap dia (Rizky) segera membayarnya, kasihan pemenangnya hanya diberikan janji saja," pungkas Iwan Setiawan. (Ras/Mer)*