Liputan6.com, Jakarta - Pengantar: Bulan Desember 2015 rilis Star Wars: The Force Awakens, film ke-tujuh seri Star Wars setelah Star Wars: Episode IV – A New Hope (1977), Star Wars: Episode V – The Empire Strikes Back (1980), Star Wars: Episode VI – Return of the Jedi (1983), Star Wars: Episode I – The Phantom Manace (1999), Star Wars: Episode II – Attack of the Clones (2002), dan Star Wars: Episode III – Revenge of the Sith (2005). Wartawan kami—seorang penggemar berat Star Wars—menuliskan reportase dan catatannya tentang pelik-melik Star Wars, dari hulu sampai hilirnya, dari “zaman dahulu kala… di galaksi nun jauh di sana” hingga masa kini. Ini tulisan kedua. (redaksi)
Bagaimana Disney Mencaplok Lucasfilm dan Menguasai Galaksi Star Wars?
Advertisement
I. Prolog
Bulan April 2012. Ketika sedang berada di New York, Kathleen Kennedy diundang bosnya, George Lucas makan siang. Kennedy, kini 62 tahun, bekerja sebagai salah satu petinggi di Lucasfilm, perusahaan film milik George Lucas yang memproduksi film-film Star Wars dan Indiana Jones.
Kennedy bukan orang baru di jagat film Hollywood. Ia sudah memproduseri lebih dari 60 film. Ia menjadi produser hampir semua film yang disutradarai Steven Spielberg sejak film pertama Indiana Jones, Raiders of the Lost Ark tahun 1981. Indiana Jones disutradarai Spielberg namun ide ceritanya ditulis Lucas.
Kennedy pula yang ikut mendirikan Amblin Entertainment, perusahaan film milik Spielberg. Bersama suaminya, Frank Marshall, ia punya perusahaan film sendiri Kennedy/Marshall Company, yang memproduseri film-film berbagai jenis dari The Sixth Sense, franchise Jason Bourne hingga animasi Persepolis.
Saat bertemu Lucas, ia tak tahu apa yang akan disampaikan padanya. “Saya pikir hanya makan siang biasa, saling bertukar kabar, cerita soal keluarga—pembicaraan kami yang biasa,” akunya pada Vanity Fair edisi Juni 2015.
George Lucas pada Kathleen Kennedy: "Saya ingin kamu gantikan saya."
Namun bukan begitu kenyataannya. “Di tengah-tengah makan siang dia seperti menjatuhkan bom pada saya dengan bilang, ‘Saya yakin kamu sudah dengar saya bakal pensiun,’ yang saya tak pernah dengar sampai saat itu, dan meskipun iya, saya tak percaya.”
Lucas mengatakan juga padanya ingin ada seseorang yang mengambil alih posisinya sebagai presiden Lucasfilm.
Kennedy melanjutkan ceritanya. “Saya berpikir, oh, dia ingin minta saran siapa yang sebaiknya menggantikannnya. Tapi dia malah bilang, ‘Saya ingin kamu gantikan saya.’ Itu bikin saya kaget. Dia bilang, ‘Maukah kamu mempertimbangkannya?’”
Yang bikin Kennedy lebih kaget hari itu, ia sendiri tak percaya pada dirinya sendiri yang langsung mengiyakan tawaran Lucas.
Oktober 2012, Lucasfilm resmi diambil alih Disney senilai USD 4 miliar. George Lucas tak hanya bukan lagi bos dari perusahaan film yang ia dirikan di awal 1970-an itu, namun ia juga bukan lagi pemilik dari film-film dan tokoh-tokoh Star Wars (dan juga Indiana Jones) yang ia ciptakan.
Populasi Star Wars
II. 17.000 karakter, ribuan planet, di masa 20 ribu tahun
Pada sebuah akhir pekan Oktober 2014, sebagaimana dikisahkan Bloomberg Businessweek, CEO Disney Robert Iger menghabiskan waktu menonton maraton enam film Star Wars, dari episode I-VI. Dia sudah pernah menontonnya, tentu. Namun kali ini ia menonton sambil mencatat. Saat itu, Disney tengah dalam perundingan membeli Lucasfilm. Ia merasa perlu melakukan studi sendiri.
Iger tentu hapal cerita Star Wars. Episode IV-VI yang dibuat Lucas lebih dulu berkisah tentang Luke Skywalker, seorang pemuda yang jadi ksatria Jedi, berjuang melawan kejahatan. Musuh utamanya, Darth Vader ternyata adalah ayahnya. Sementara itu, di prekuelnya, episode I-III, berkisah tentang perjalanan Anakin Skywalker dari kecil hingga berubah jadi Darth Vader.
Di luar cerita filmnya, Iger perlu tahu apa saja kekayaan intelektual yang dimiliki Lucasfilm terkait Star Wars. Namun, pertanyaannya, bagaimana Disney menghitung nilai dari sebuah galaksi khayalan? Misal, ada berapa populasi karakter di galaksi tersebut?
Rupanya, Lucas sendiri sudah membuat katalog. Perusahaannya punya bank data yang dinamai Holocron, diambil dari kristal yang sumber tenaganya dari Force, kekuatan gaib di jagat Star Wars. Holocron berisi 17 ribu karakter di jagat Star Wars yang menghuni ribuan planet dengan masa merentang hingga 20 ribu tahun. Anda harus ingat, selain enam film live-action panjang yang sudah dibuat sejak 1977 sampai 2005, jagat Star Wars juga berisi sebuah film animasi komputer, serial animasi di TV, novel berbagai judul serta seri komik dan game yang bervariasi.
Jelas butuh waktu yang tak sebentar bagi Disney mengkalkulasi semuanya. Maka, Lucas memberi Disney pemandu, Pablo Hidalgo. Ia pendiri perkumpulan penggemar Star Wars atau Star Wars Fan Boy Association. Kini ia menjabat “brand communication manager” Lucasfilm. “Holocron membuat segalanya jadi sedikit mudah,” kata Hidalgo, yang terobsesi pada setiap pernik Star Wars, ia bahkan menaruh perhatian bagaimana cara mengeja kata “Wookie” dengan benar dan siapa saja yang pernah bertemu Yoda di planet rawa Dagobah. (Omong-omong, Wookie adalah bangsa darimana Chewbacca, mitra Han Solo berasal, sedang Yoda adalah master Jedi yang menyendiri ke planet Dagobah setelah kekaisaran Galaksi menguasai jagat raya. Di Dagobah, ia antara lain melatih Luke Skywalker menjadi ksatria Jedi.)
Saat Disney membeli Lucasfilm, maka semua karakter Star Wars, tokoh baik dan tokoh jahatnya, berada dalam satu keluarga dengan Iron Man, Buzz Lightyear serta Mickey Mouse. Ya, selain memiliki karakter asli seperti Mickey Mouse dkk-nya, Disney juga memiliki Marvel Studios, pembuat Iron Man dan superhero Marvel lainnya, serta Pixar, studio film pembuat Toy Story.
Film Star Wars pertama menawarkan kegembiraan saat ditonton, sesuatu yang langka di masa itu.
Disney mengumumkan akan melanjutkan cerita Star Wars dengan episode baru yang dimulai tahun 2015. Bulan Januari 2013, diumumkan J.J. Abrams, sutradara yang sukses memfilmkan reboot Star Trek yang rilis 2009, bakal membesutnya. Pengumuman itu bikin penggemar Star Wars kegirangan. “Rasanya seperti mimpi jadi nyata,” kata Jason Swank, penyiar RebelForce Radio, acara radio mingguan buat penggemar Star Wars.
Keputusan George Lucas menjual Lucasfilm tentu tak datang tiba-tiba. Bagaimana semua itu bermula?
Bruce Handy menulis di majalah Vanity Fair edisi Juni 2015, orang kini lupa saat Star Wars pertama muncul di bioskop tahun 1977 silam. Film tersebut menjadi revolusioner bukan sekadar lantaran pamer efek khususnya, tapi juga filmnya sendiri menawarkan kegembiraan saat ditonton, sesuatu yang langka di masa itu.
Baca Juga
Sepuluh tahun terakhir sebelum Star Wars rilis kebanyakan film menawarkan cerita dengan akhir pesimistik dan, bahkan, nihilistik seperti Bonnie and Clyde, Easy Rider, The French Connection, Chinatown, The Godfather, One Flew over the Cuckoo’s Nest, Network, atau juga Taxi Driver. Film-film tersebut kebanyakan berakhir dengan sang pahlawan kerap kali kalah, berkompromi dengan keadaan atau bahkan terbunuh. Hal tersebut berbeda 180 derajat dengan yang disajikan Lucas lewat Star Wars, sebuah film yang garis antara orang baik dan jahat begitu jelas, dan pada akhirnya kebaikan menang, para pahlawan mendapat medali atas kemenangan mereka.
Apa yang dilakukan Lucas saat itu terasa janggal. Sebuah artikel di majalah Time tahun 1977 merendahkan Lucas yang bermain-main di wilayah tontonan ringan. “Sungguh aneh membuat film yang tujuannya hanya ingin mengajak orang bersenang-senang,” tulis Time.
Menurut majalah itu, kawan-kawan Lucas memintanya membuat film yang “lebih gelap, sesuatu yang lebih memiliki arti, signifikansi dan memiliki simbol-simbol.”
Kita tahu, bertahun-tahun kemudian, setelah Star Wars dianggap sebagai mitologi modern, banyak yang mencari-cari nilai-nilai filosofis dan filsafat di balik Star Wars. Force bahkan disamakan dengan konsep Tuhan.
Setelah Star Wars melampaui khittah-nya hanya sebagai film atau tontonan, harapan orang kian membuncah. Maka, menjadi persoalan ketika George Lucas melanjutkan Star Wars dengan tiga prekuel, Episode I-III, hasilnya tak sesuai harapan.
Tiga film prekuel Star Wars menghasilkan USD 2,5 miliar, namun para penggemar menganggapnya sebuah produk gagal. Yang paling dikritisi antara lain karakter Jar Jar Binks yang jadi olok-olok hingga akting kaku Hayden Christensen dan dialognya yang klise.
Sang penciptanya sendiri kemudian dicaci. Pada tahap ini, muncul slogan yang popular di kalangan kutu buku pencinta Star Wars yang kecewa pada film prekuelnya: “George Lucas raped my childhood—George Lucas merusak masa kecil saya.” Bahkan pada 2010 muncul film dokumenter dengan semangat mengolok Lucas berjudul The People vs. George Lucas.
Maka, sejatinya, melepas Star Wars adalah juga karena ia tak kuat menahan segala cemooh dan komentar kasar dari para penggemar film yang ia ciptakan sendiri. “Semuanya baik-baik saja sampai ada internet,” kata Lucas pada Bloomberg Businessweek. “Namun dengan adanya internet, serangannya jadi personal dan kejam.”
Advertisement
Mickey Mouse dan R2D2
III. Saat Mickey Mouse Ketemu R2D2
Kala film prekuel terakhir Star Wars, Revenge of the Sith rilis 2005, Disney bukan perusahaan yang penampilannya baik di mata investor.
Sudah bertahun-tahun Disney tak punya film animasi buatan sendiri yang sukses. Film-film animasi yang sukses komersil dan disukai saat itu kebanyakan dibuat Pixar, studio animasi yang awalnya didirikan George Lucas tapi kemudian ia jual pada Steve Jobs. Disney hanya menjadi distributor film-film Pixar. Di lain pihak, chairman Disney masa itu Michael Eisner lebih suka bertengkar dengan pemegang saham.
Dewan direksi Disney meminta Robert Iger menggantikan Eisner. Kala mulai memimpin sebagai CEO, Iger diragukan bakal mampu membangkitkan lagi nama besar Disney. Majalah Bloomberg Businessweek menyebutnya “CEO buku teks, kaku” dan tak ada yang menyebutnya “pemikir strategi besar.”
Namun, nyatanya, Iger membuktikan ia punya visi terang benderang. Ia paham sukses Disney berpangkal pada karakter-karakternya yang abadi. Ini adalah strategi yang dianut sang pendiri, Walt Disney yang mengembangkan karakter-karakter seperti Mickey Mouse atau dari dongeng macam Cinderella dan Snow White.
Iger merasa Disney harus punya karakter-karakter baru yang sepenuhnya di bawah kontrolnya. Maka, ia membeli Pixar Animation Studio dari Steve Jobs senilai USD 7,4 miliar pada 2006. Ia sendiri yang berunding dengan Jobs. Hasil kesepakatannya: Iger tak boleh mengubah tim kreatif Pixar, dipimpin John Lasseter, serta membiarkan Pixar bermarkas di kantornya dekat San Francisco, jauh dari intervensi Disney. “Saya dan Steve lebih banyak merundingkan masalah sosial ketimbang masalah ekonominya,” ingat Iger. “Dia berpikir tetap melanggengkan budaya Pixar adalah kunci kesuksesan kreatif mereka. Dan ia benar.”
Tahun 2009, Iger memimpin negosiasi lagi mewakili Disney. Sasarannya, Marvel Entertainment, perusahaan hiburan penerbit komik dan perusahaan film yang tahun sebelumnya sukses membuat Iron Man. Walau karakter utama komik Marvel dimiliki studio film lain (Spider-man milik Sony; X-Men milik Fox), orang-orang kreatif di Marvel membuktikan mereka masih bisa membuat film sukses dengan superhero yang hak memfilmkannya masih mereka miliki.
Maka, seperti dengan Pixar, Iger juga membiarkan Marvel tetap dipimpin CEO-nya Isaac Perlmutter dan Marvel Studio, divisi filmnya, tetap dikepalai Kevin Feige. Hasilnya, lagi-lagi terbukti jitu. Dengan sepenuhnya setiap karakter superhero yang masih ada dimiliki Marvel, Disney membangun film-film yang saling berkaitan dalam apa yang mereka sebut Marvel Cinematic Universe (MCU, jagat sinema Marvel). Langkah ini membuat penggemar superhero bergabung menonton setiap film keluaran Marvel. Film The Avengers (rilis 2010), yang menggabungkan Hulk, Iron Man, Captain America serta Thor dalam satu layar, menghasilkan USD 1,5 miliar dari seluruh dunia.
Strategi Disney mengakuisisi Pixar dan Marvel terbukti langkah tepat. Dengan Pixar dan Marvel di bawah kendali Mickey Mouse, para karakternya tak hanya bakal mendatangkan uang dari film, namun juga dari produk turunannya, yakni berbagai merchandise. Lalu, jadi lebih mudah bagi Disney membangun wahana bermain baru berdasar film-film Pixar dan superhero Marvel di taman-taman bermain milik mereka di seluruh dunia.
Tidak semua langkah Iger meraup sukses. John Carter, film penuh efek khusus yang dibuat teramat mahal oleh Disney, jadi bencana di box office. Namun secara keseluruhan, berkat berbagai franchise yang dimliki, serta penghasilan di luar film (contohnya dari saluran TV ESPN) yang terus datang, membuat sebagai perusahaan Disney tetap untung. Bloomberg Businesweek mencatat, sejak Iger diangkat jadi CEO bulan Maret 2005, harga saham Disney naik dua kali lipat.
Sukses mengakusisi Pixar dan Marvel, membuat Iger mengarahkan targetnya ke yang lain. Yang ia sasar Lucasfilm.
`Saya Darth Vader`
IV. “Saya jadi Darth Vader”
Bulan Mei 2011, Robert Iger terbang ke Walt Disney World Resort di Florida untuk pembukaan Star Tours: The Adventures Continue, wahana permainan baru nan canggih yang mengajak pengunjung seolah bepergian ke planet-planet di galaksi Star Wars, seperti planet gurun Tatooine, tempat asal Luke Skywalker. Lucas terlibat secara khusus mengawasi pembangunan wahana itu. Setiap dua pekan selama beberapa tahun ia menengok perkembangannya.
Saat acara pembukaan, Lucas dan Iger dijadwalkan hadir. Di pagi hari sebelum pembukaan Star Tours, Iger sarapan bareng Lucas di Hollywood Brown Derby, salah satu restoran di Disney World.
Tempatnya dekat dengan acara pembukaan Star Tours, jadi keduanya bisa bicara bebas. Pagi itu, Iger memesan yogurt, sedang Lucas memesan omelet. Dikatakan Bloomberg Businessweek, keduanya bahkan saling icip makanan yang mereka pesan. Di saat itu, Iger bertanya pada Lucas apa ia mempertimbangkan menjual perusahaan filmnya.
Lucas memberi jawaban diplomatis. Ia bilang baru saja merayakan ultah ke-67 dan memikirkan untuk pensiun. Maka, sebetulnya, Lucas juga tak menutup kemungkinan menjualnya. Hanya saja, waktu itu ia tak langsung menjawab, "Saya belum siap menjualnya sekarang," katanya pada Iger. "Tapi begitu saya siap, saya akan hubungi Anda lagi."
Iger bukan orang baru di mata Lucas. Mereka sudah kenal lama, jauh sebelum Iger mengepalai Disney. Pada awal 1990-an, Lucas pertama kali bertemu Iger yang waktu itu mengomandoi stasiun TV ABC.
Mereka bertemu di rumah Lucas, tanah luas yang ia namai Skywalker Ranch. Waktu itu Lucas menawarkan serial baru yang ia produksi, The Young Indiana Jones Chronicles. Selain mengisahkan masa muda si arkeolog petualang Indiana Jones, serial tersebut merupakan pelajaran sejarah dalam bentuk tontonan populer. Di masa mudanya, Indiana Jones bertemu dengan tokoh-tokoh sejarah akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Iger merasa was-was dengan konsep serial itu. Namun, Indiana Jones adalah salah satu karakter terpopuler di jagat sinema. Iger memberi lampu hijau serialnya tayang di ABC, meski hanya mampu bertahan dua musim. "Saya sangat ingin serial itu berjalan lancar," kata Iger. "Yang buat George Lucas, lho."
"Serial itu penuh perjuangan meraih penonton," timpal Lucas. "Namun ia (Iger) sangat mendukung serial itu agar berhasil."
Lucas sangat menaruh perhatian bagaimana Disney menangani Pixar, yang masih ia sebut "perusahaannya." Ia memang pendiri Pixar, yang ketika itu, tahun 1979, menjadi bagian dari Lucasfilm Computer Division. Enam tahun kemudian ia menjualnya pada Steve Jobs. Ia menyebut keputusan Disney tak mencampuri urusan kreatif di Pixar sebagai "tindakan brilian." Ia ingin hal yang sama berlaku juga pada Lucasfilm.
Lucas tahu Disney ingin mengembangkan cerita Star Wars. Maka, selama perundingan yang berlangsung lima bulan itu ia bilang, orang terbaik memproduksi film-film Star Wars adalah orang-orang lama di Lucasfilm.
"Saya punya sekelompok orang yang sangat berbakat dan telah bekerja di perusahaan ini untuk waktu yang lama, mereka tahu bagaimana memasarkan Star Wars, bagaimana mengatur perizinan merchandise, dan juga bagaimana membuat filmnya," jelasnya. "Saya bilang, 'Saya rasa akan lebih bijak bila orang-orang ini terlibat. Kita perlu orang-orang ini mengawasi Star Wars, mereka yang telah berdedikasi selama ini, agar kita memastikan segalanya berjalan dengan benar." Pada tahap ini, Lucas menyerahkan tampuk pimpinan Lucasfilm pada Kathleen Kennedy, salah satu petinggi di Lucasfilm dan sudah ia kenal lama.
Iger memahami permintaan Lucas. Namun, ia juga ingin memastikan, pada akhirnya adalah Disney, bukan Lucas, yang memutuskan jalan atau tidak tentang proyek film baru Star Wars.
Bos Disney yang lain ingin Lucas memahami hal itu. "Kami ingin punya kesepahaman, begitu kami mengambilalih perusahaam itu, di luar pembicaraan sesama kawan dan kerja sama, pada akhirnya, kami (Disney) yang memberi keputusan atas rencana apapun," kata Alan Horn, kepala Walt Disney Studios.
Secara teori Lucas setuju. Namun, pada prakteknya sulit baginya melepas bayi yang sudah ia rawat selama 40 tahun. Iger ingat momen ketika di akhir Oktober 2012 Lucas menandatangani penjualan Lucasfilm ke Disney di markas studio film itu di Burbank, California. "Saat ia membubuhkan tanda tangan, saya tak melihat keraguan di dirinya," bilang Iger. 'Tapi saya melihat ia sangat emosioanal. Ia seperti mengatakan selamat tinggal."
Hari itu Lucas menyerahkan Lucasfilm senilai USD 4 miliar pada perusahaan Mickey Mouse.
Di lain pihak, Iger merasa bahagia sekali. Keesokan harinya, usai penandatanganan itu, ia merayakan Halloween bersama keluarganya. "Saya jadi Darth Vader," katanya.
Advertisement
Jagat Raya Star Wars
V. Semesta Star Wars
Saat belum lama mengambil alih pimpinan Lucasfilm dari George Lucas, Kathleen Kennedy didatangi John Knoll di kantornya.
Knoll bukan orang asing baginya. Dia kepala kreatif di Lucasilm; dia yang mengerjakan efek khusus di Star Wars: Special Edition di tahun 1990-an untuk Lucas serta beberapa film Star Trek. Dia pula yang turut serta menciptakan program Photoshop.
Kejadiannya berlangsung tahun 2012, saat Lucas masih bernegosiasi dengan Disney. Waktu itu bahkan sudah kelihatan Lucasfilm ingin melanjutkan cerita Star Wars.
“Saya punya ide sederhana begini,” kata Knoll pada Kennedy, “tentang sekelompok mata-mata pemberontak yang dituliskan di kalimat pembuka A New Hope yang mencuri rencana pembangunan Death Star.”
Kennedy tentu tahu apa yang jadi referensi Knoll. Bahkan, setiap penggemar berat Star Wars juga tahu. Jika Anda ingat di film pertama Star Wars atau Star Wars: Episode IV—A New Hope yang rilis 1977 ada sederetan kalimat yang melayang di angkasa di pembuka film.
Bunyi tulisannya begini:
“Pada masa perang saudara, dari persembunyiannya para pemberontak berhasil memenangkan pertempuran melawan kekaisaran Galaktika.
“Mata-mata pemberontak berhasil mencuri data rahasia Death Star, stasiun angkasa luar berlapis baja, senjata pamungkas kekaisaran yang dahsyat.
“Untuk menyelamatkan rakyatnya dan memulihkan kemerdekaan di Galaktika, Putri Leia menyembunyikan data rahasia itu.”
Star Wars: Episode IV – A New Hope lalu menampilkan pesawat yang ditumpangi Putri Leia dikejar Darth Vader. Sang putri berhasil ditawan, namun sebuah kapsul berisi pelayan droid-nya, R2D2 dan C3PO berhasil lolos dan mendarat di planet gurun Tatooine. Dari situ cerita A New Hope bermula.
Bagaimana dengan para mata-mata yang mencuri data Death Star? Tak pernah ada yang menyebut mereka lagi. Bahkan juga George Lucas, sang pencipta Star Wars.
“Itu ide yang sangat bagus, John,” komentar Kennedy pada Knoll. Lampu hijau. Proyek Star Wars anyar baru disetujui. Dan begitulah kira-kira bagaimana proses awal membuat film Star Wars.
Ketika Disney akhirnya mengakuisisi Lucasfilm seharga USD 4 miliar, perusahaan Mickey Mouse itu langsung tancap gas merencanakan membuat film Star Wars baru. Keinginan Disney sangat ambisius. Mereka ingin setiap tahun ada film Star Wars baru rilis, dimulai dari Episode VII, lanjutan Star Wars: Episode VI – Return of the Jedi. Episode VII itu lalu berjudul resmi Star Wars: The Force Awakens, disutradarai J.J. Abrams, pembuat Star Trek versi baru, dan siap rilis Desember 2015.
Sedangkan ide Knoll menjadi Star Wars: Rogue One siap rilis Desember 2016. Rogue One dikelompokkan ke dalam film solo atau film yang ceritanya berdiri sendiri, untuk membedakannya dengan bagian dari cerita episodik atau hikayat yang berawal dari kisah prekuel, Star Wars: Episode I – The Phantom Manace (1999).
Kenyataan di atas kemudian disimpulkan oleh Adam Rogers di cerita sampul majalah Wired edisi Desember 2015 yang ditulisnya.
“Jika kemudian segalanya berjalan lancar bagi Disney, dan jika Anda cukup tua seperti saya, yang lahir dan tumbuh saat film Star Wars pertama rilis, Anda mungkin sudah tiada untuk menonton film terakhir. Star Wars telah jadi franchise sepanjang masa,” tulisnya di artikel berjudul “You Won’t Live to See the Final Star Wars Movie”.
Selain Star Wars: The Force Awakens, hingga kini kita tahu Disney sudah merencanakan membuat film Star Wars sampai 2019. Star Wars: Rogue One siap rilis Desember 2016 yang disutradarai Gareth Edwards, pembikin Godzilla versi baru. Episode VII tahun ini berlanjut dengan Episode VIII yang bakal digarap Rian Johnson (Looper), dijadwalkan rilis 2017. Film solo Star Wars bagian dari antologi berlanjut dengan film tentang Han Solo muda, dijadwalkan rilis 2018. Tahun 2019 hikayat episodik berlanjut dengan Episode IX, yang bakal dibesut Colin Trevorrow (Jurassic World).
Setelah itu kita belum tahu Disney bakal membuat film Star Wars apa lagi. Yang jelas, mereka bakal bikin film opera ruang angkasa saban tahun.
Selain Star Wars
VI. Epilog
George Lucas selalu punya keinginan membuat film kecil, sesuatu yang ia buat demi kepuasan diri. Pada masa mudanya di tahun 1970-an, ia membuat THX 1138 sebuah film fiksi ilmiah futuristik yang “nyeni.”
Setelah sukses trilogi pertama Star Wars, ia kembali membuat film apapun yang ia inginkan. Misalnya, ia memproduseri film seni karya Paul Schrader, Mishima: A Life in Four Chapters yang hanya menghasilkan USD 500 ribu di box office.
Lucasfilm di tangan Kennedy kini telah menjadi bagian korporasi kapitalisme global. Star Wars, dan jangan lupa juga, Indiana Jones telah bersatu dengan keluarga Disney, menjadi saudara dengan Mickey Mouse, Donald Duck, Pocahontas, Snow White, Cinderella, Iron Man, Thor, Captain America serta Buzz Lightyear.
Kennedy ditanya oleh Adam Rogers dari majalah Wired, apakah ia ingin Lucasfilm membuat sesuatu yang baru? Sesuatu yang lain? Mungkin, film kecil, sebuah karya seni yang Lucas pernah buat tanpa memikirkan bakal untung atau rugi?
“Saya membicarakan semua itu dengan orang-orang di Disney,” jawab Kennedy, “Alan (Horn, kepala Walt Disney Studios) sangat mendukung rencana itu. Namun di saat yang sama, ia benar juga ketika bilang di piring kita ada begitu banyak jenis masakan.”
Ia lalu menghela nafas, “Dan kini saya akan mengerjakan film Indiana Jones baru dengan mereka.”** (Ade)
Advertisement