Liputan6.com, Jakarta Deadpool, film superhero terbaru yang dibintangi oleh Ryan Reynolds, akan tayang di Amerika pada 12 Februari mendatang. Seperti biasa, para kritikus film mendapat kesempatan untuk menyaksikan film ini lebih awal.
Ternyata mayoritas kritikus memberikan reaksi positif terhadap film arahan sutradara Tim Miller tersebut. Situs agregat Rotten Tomatoes, misalnya, mencatat bahwa 84 persen kritikus memberikan resensi bernada baik untuk Deadpool.
Dikutip dari situsnya, Selasa (9/2/2016), The Wrap merangkum lima alasan yang diberikan para kritikus film ini mengapa Deadpool adalah sebuah film yang layak tonton:
Advertisement
Kocak
Kocak
Sejak poster dan trailer Deadpool mulai dibuka ke publik, terasa benar hawa humor dari film ini. Lihat saja salah satu jargonnya: "Bad ass. Smart ass. Great ass".
"Deadpool luber dengan humor ironi, menyengat dengan lelucon yang benar-benar ngepop," tulis Peter Bradshaw, kritikus film dari The Guardian.
Baca Juga
Seperti karakter Deadpool yang nyeleneh, film ini sejak awal juga dibuka dengan opening credit yang abnormal. Bila biasanya dalam bagian ini ditampilkan nama sutradara dan bintang-bintang pendukung film, Deadpool justru menghapuskannya.
Yang tertulis hanya 'musuh dari Inggris', 'karakter CGI', hingga 'cameo yang mubazir'. Bahkan Tim Miller pun ikut mengolok-olok diri sendiri dengan menampilkan 'film ini disutradarai oleh kaki tangan yang dibayar terlalu banyak'.
"Tim Miller telah membuat sebuah film superhero yang sinting (maaf Deadpool, tapi ini aku berkata jujur), yang berkolaborasi dengan penulis Zombieland, Rhet Reese dan Paul Wernick, serta Ryan Reynolds sebagai pemain dan produser. Beri penghormatan pada mereka, Saudara-saudara," tulis kritikus dari Gamesrader, James Mottram.
Advertisement
Lelucon Meta
Lelucon Meta
Jonathan Pile, kritikus dari Empire, mencatat salah satu kualitas terbaik dari lelucon dalam Deadpool, adalah sifatnya yang meta. Artinya, humor di film ini banyak menarik referensi dari film-film atau budaya yang telah dikenal publik secara luas.
Salah satunya adalah film X-Men dari Bryan Singer. Deadpool digambarkan hidup dalam dunia yang sama dengan para mutan ini, tapi ia memiliki kesadaran yang berbeda. Misalnya saja ia ingin tahu apakah James McAvoy atau Patrick Stewart, dua pemeran Profesor Xavier, yang tengah menangani X-Mansion.
"Ia juga mengeluhkan budget-nya, yang membuat dia hanya bertemu dua anggota X-Men, yaitu si raksasa metalik Colossus (Stefan Kapičić) dan remaja pemurung Negasonic Teenage Warhead (Brianna Hildebrand)," Jonathan Pile menulis.
Tonalitas dan Struktur Film
Tonalitas dan Struktur Film
Kritikus HitFix, Drew McWeeny, menyebut bahwa struktur film Deadpool yang tak lazim adalah sebuah pertaruhan bagi para pembuat film ini.
"Secara struktur, aku tak bisa menemukan film lain yang seperti ini. Ada dua adegan ditambah flashback dengan penghubung yang tipis," kata Mc Weeny.
Tak hanya itu, film ini juga dengan berani memasang rating R atau restricted, untuk pertama kalinya bagi franchise ini. "Aku memberi pujian pada studio film yang mengambil risiko ini," ujarnya.
Advertisement
Unsur Romasa pun Ada
Unsur Romansa pun Ada
Sejak awal para sineas film ini telah memastikan bahwa Deadpool akan menampilkan cukup banyak adegan kekerasan yang ditujukan bagi penonton dewasa. Namun di luar itu, terselip pula nuansa romantis dalam film ini, yakni cerita antara Wade Wilson dan kekasihnya, Vanessa.
"Mereka adalah pasangan seksi yang saling tergila-gila satu sama lain. Kecocokan mereka ini membuat penonton dengan cepat bersimpati," tutur Rob Hunter, kritikus dari Film School Rejects. Berbeda dengan banyak film aksi yang menjejalkan unsur ini hanya sebagai bumbu pelengkap, unsur romansa mendapat perhatian yang cukup besar dalam film ini.
Soundtrack
Soundtrack
"Soundtrack adalah salah satu bagian terkuat dari film ini," tutur kritikus JoBlo, Chris Bumbray. Selain 'Fury Road's' dari Junkie XL yang kental dengan synthetizer, ada pula musik yang lebih ngepop, seperti Chicago dan Neil Sedaka dalam Deadpool.
Advertisement