Liputan6.com, Jakarta - Malam Puncak Pemilihan Puteri Indonesia 2016 telah berlangsung di Jakarta, pada Jumat (19/2/2016). Namun hingga kini gaungnya masih saja terdengar lantaran ada yang beda dalam penayangannya. Itu karena Indosiar sempat memblur area tertentu tubuh beberapa finalis saat mengenakan kebaya karya Anne Avantie.Â
Momen ini diangkat oleh salah satu netizen dalam bentuk screenshot di media sosial. Dan, ternyata mengundang banyak pro kontra. Ada yang mempertanyakan mengapa kebaya sebagai identitas busana nasional sampai harus disensor.Â
Advertisement
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) justru memuji langkah yang dilakukan pihak stasiun televisi. Idy Muzayyad, Wakil Ketua KPI Pusat, mengatakan Indosiar telah mengemas penayangan Puteri Indonesia 2016 dengan benar.
"Dalam penayangan Pemilihan Puteri Indonesia kami tidak lihat kebayanya atau apanya. Sepanjang pakaiannya itu menonjolkan, mengeksploitasi misalnya (maaf) payudara, paha, atau bagian lainnya yang dirasakan sensual, ya memang tidak boleh," kata Idy Muzayyad di Studio 5 Indosiar, Daan Mogot, Jakarta Barat, Jumat (26/2/2016).
Baca Juga
Izzy menyayangkan reaksi berlebihan sebagian masyarakat di dunia maya. "Jadi jika penayangan itu diblur, menutupi eksploitasi sudah betul. Dan yang dilakukan Indosiar benar. Hanya yang di media sosial itu yang berlebihan. Masa gambar diblur semua kecuali kepalanya. Medsos ini menjadi medium yang liar akhirnya," tambah Idy Muzayyad.
Lantas bagaimana KPI menyikapi kegaduhan ini? Ke depan sebaiknya seperti apa pihak lembaga penyiaran mengemas acara yang menampilkan kaum hawa berbusana dengan menonjolkan sensualitas bentuk tubuh?
"Sebenarnya ini masalah teknik pengambilan gambar yang menjadi penting. Yang tidak boleh itu kan medium shot, atau close up pada bagian tertentu. Kan bisa diambil wajahnya, atau bagian lainnya kan banyak. Kenapa harus bagian itu," lanjut Idy.
Untuk itu, Idy Muzayyad menghimbau agar dalam ajang pemilihan puteri ke depannya pakaian yang dipilih lebih sopan. Sehingga pengambilan gambar untuk ditayangkan pun jadi enak. (Mer/fei)