Liputan6.com, Jakarta Bila mengikuti berita Piala Oscar 2016 kemarin, mungkin ada di antara Anda yang sedikit bertanya-tanya. Siapa Brie Larson yang dinobatkan sebagai Aktris Terbaik ini? Dan apa hebatnya Room, film yang dibintangi Larson, sehingga dinominasikan sebagai Film Terbaik tahun ini?
Ini lumrah saja, karena Room, memang baru diputar di Indonesia 1 Maret 2016 di jaringan bioskop 21, persis satu hari setelah penyelenggaraan Oscar.
Baca Juga
Advertisement
Dalam film ini, Brie Larson menghidupkan karakter Joy, seorang gadis muda yang diculik seorang pria tak dikenal. Ia dikurung dalam sebuah gudang pengap dan mendapatkan kekerasan seksual, hingga melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Jack.
Baca Juga
Untuk Jack yang kini berusia lima tahun, semesta adalah sebuah gudang pengap tempatnya hidup sejak ia dilahirkan. Dunia yang hanya berisi ibunya, satu set televisi tua, beberapa perabot rumah tangga, dan satu pot tanaman. Sementara langit, baginya hanya satu jendela kecil di langit-langit gudang. Kadang sang penculik, yang mereka panggil si Tua Nick, datang berkunjung.Â
Bagi Jack, hidupnya normal. Namun buat Joy, nasib yang dijalaninya tak cuma ganjil, namun juga menyeramkan.
Joy lantas memutar otak agar mereka bisa keluar dari penjara ini. Jack harus pura-pura mati, lalu ‘mayatnya’ yang dibungkus selembar karpet yang nantinya dibuang si Tua Nick ke dunia luar. Bagi Joy, ini adalah tiket menuju kebebasan yang ia impikan. Yang tak ia sadari, kembali ke dunia luar, ternyata memberinya teror mental yang lain.
Nominasi Film Terbaik dan Sutradara Terbaik Piala Oscar 2016, memang layak didapatkan Room dan Lenny Abrahamson. Persentuhan Jack dengan dunia luar, cara pandangnya dalam melihat dunia, serta pergulatan batin ibunya, berjalan menakjubkan sekaligus mengerikan dalam film ini.
Menonton Room adalah satu pengalaman yang menghangatkan, namun sekaligus juga membuat bergidik. Menghangatkan, karena film ini diceritakan lewat sudut pandang seorang anak yang melihat dunia dengan pemikiran polosnya. Membuat bergidik, karena penonton menyadari teror macam apa yang menimpa Jack dan ibunya.
Apalagi, film ini mungkin bakal langsung mengingatkan penonton pada beberapa kasus penyekapan yang terjadi selama bertahun-tahun. Salah satunya yang terjadi di Cleveland, Ohio, pada 2013 lalu, kala tiga remaja putri disekap selama 10 tahun oleh seorang pria. Room boleh jadi tak memasang klaim bahwa cerita dalamnya berdasarkan pada kisah sebenarnya, namun penonton merasakan bahwa cerita Joy begitu dekat dan nyata.
Kekuatan Room, adalah akting dua pemain utamanya, Brie Larson dan Jacob Trambley yang bersenyawa dengan begitu apiknya.
Larson, mulus saja menghantarkan emosi dari karakter Joy yang begitu rumit. Sebagai korban, Joy menampilkan ketakutan, kemarahan, frustasi, dan keinginan untuk bebas. Karakter ini beririsan dengan perannya sebagai seorang ibu penyayang yang kuat untuk menjadi tameng bagi anaknya. Dan Brie Larson, mengeksekusinya dengan begitu baik.
Ini ditambah lagi lewat permainan akting Jacob Trambley yang penuh medan magnet. Setiap kali ia muncul di layar, penonton susah mengalihkan pandangan darinya. Mulus saja ia menyampaikan dinamika emosi yang dialami tokoh Jack. Bahkan kadang terasa bahwa ia tak sedang berakting, namun benar-benar menjadi Jack, bocah yang pertama kali menjejak dunia luar. Bocah yang sekarang berusia sembilan tahun ini, menunjukan potensi besar di dunia seni peran.Â
Room, adalah sebuah film yang layak ditonton, setidaknya sekali seumur hidup. Karena saat beranjak dari gedung bioskop, mungkin saja Anda akan memiliki keberanian seperti Jack dan Joy untuk mengatasi ketakutan yang selama ini menyekap Anda. (Rtn/Mer)