Liputan6.com, Jakarta Barangkali salah satu teori konspirasi yang paling populer sepanjang sejarah, adalah teori bahwa pendaratan Apollo 11 ke bulan di tahun 1969 sebenarnya merupakan hasil tipu-tipu Pemerintah Amerika. Tak ada manusia yang menjejakkan kaki ke bulan kala itu.
Sebagai gantinya, adalah syuting di sebuah studio menyerupai bulan yang videonya kemudian disiarkan ke seluruh dunia. Sineas kawakan Stanley Kubrick, juga diyakini sebagai sutradara yang membuat video berisi kebohongan publik ini.
Nama Kubrick jadi terbawa-bawa dalam teori ini, mungkin karena kala itu ia baru mengarahkan satu film ilmiah yang mengguncang: 2001: A Space Odyssey.
Advertisement
Baca Juga
Premis Moonwalkers, lantas berangkat dari teori konspirasi ini. Penulis skenario Dean Craig membangun landasan film dengan satu pertanyaan nakal: bagaimana bila teori ini benar-benar nyata, atau setidaknya benar setengahnya?
Moonwalkers dibuka dengan sebuah fakta bahwa Pemerintah Amerika Serikat tengah bersiap melakukan ekspedisi dengan tiga awak manusia ke bulan. Tak ada jaminan misi itu berhasil, sementara mereka membutuhkan berita keberhasilan sensasional tersebut untuk menaikkan posisi mereka dalam Perang Dingin.
Jadilah seorang agen CIA, Tom Kidman (Ron Perlman), ditugaskan mencari Stanley Kubrick di London, demi sebuah rencana cadangan: membuat film tentang pendaratan bulan palsu. Film ini rencananya akan disiarkan bila misi Apollo 11 gagal.
Sayang Kidman malah dikelabui Jonny (Rupert Grint), yang membawanya pada Stanley Kubrick palsu. Jonny, mengincar sekoper besar uang tunai yang dijanjikan sebagai bayaran. Keadaan jadi runyam setelah koper uang tersebut dicuri, dan upaya tipu-tipu yang dilakukan Jony akhirnya terkuak. Belum lagi segerombolan mafia hendak membalas dendam pada Kidman.
Mengambil latar akhir tahun 60-an sudah jelas bahwa kultur hippie, bakal mendominasi film ini. Tak cuma fashion dan tata make-up, namun juga kebiasaan menggunakan obat-obat terlarang. Dari ganja, magic mushroom, acid, sampai opium, semua disedot oleh sejumlah karakter dalam film ini.
Bisa ditebak, film ini lantas kerap menggunakan efek ‘high’ obat-obatan sebagai untuk memantik humor. Tak hanya itu, beberapa bagian film bahkan menampilkan efek psikadelik itu langsung lewat sudut pandang orang pertama. Penonton seperti diajak masuk dalam ruangan warna-warni yang penuhi asap dari bong, ikut teler bersama para gerombolan hippies dalam Moonwalkers.
Yang patut digaris bawahi, Moonwalkers hanya cocok untuk penonton dewasa. Tak cuma soal konsumsi obat-obatan terlarang, namun juga muatan kekerasan di dalamnya. Kebrutalan ditampilkan secara sangat gamblang, meski sebenarnya sudah kena gunting sensor Indonesia. Tak sekadar cipratan darah, film ini tak sungkan menampilkan kepala yang pecah .
Bahkan tak jarang, visualisasi yang begitu sadis ini dijadikan pemancing tawa dalam Moonwalkers. Bila selera humor Anda pas, film garapan sutradara debutan Antoine Bardou-Jacquet ini bisa terasa lucu. Setelah itu, rasanya cukup asyik menyaksikan fakta sejarah dipelintir sedemikian rupa dalam film yang akan diputar mulai 16 Maret mendatang di jaringan bioskop Cinemaxx ini.
Di akhir film, Anda tinggal menanyakan kembali pada logika: jadi, apakah pendaratan di bulan kisah asli, atau fiksi belaka?