Liputan6.com, Jakarta - Batman v Superman: Dawn of Justice akhirnya tiba juga di bioskop Indonesia. Film superhero yang diharapkan bisa melebihi Deadpool ini, memiliki banyak unsur yang mampu memanjakan seluruh penggemar Batman dan Superman.
Tak perlu lagi membahas sinopsis Batman v Superman, toh sudah banyak artikel dan situs bioskop yang membicarakannya. Tulisan ini bakal langsung mengulas penilaian terhadap film ini, baik kelebihan, kekurangan, maupun hal-hal baru yang ditawarkan Zack Snyder dalam filmnya ini.
Â
Advertisement
Baca Juga
Film dibuka dengan satu adegan yang sungguh tak asing buat para penggemar komik, yakni ulasan masa lalu Bruce Wayne. Bagian ini dibuka dengan gaya khas sutradara Zack Snyder, efek dramatis slow-motion. Lewat adegan tersebut, ada kesan bahwa film ini lebih merupakan milik Batman ketimbang Superman.
Film berlanjut dengan Bruce Wayne berada di satu adegan film Man of Steel, yang memperlihatkan sudut pandang Wayne terhadap pertempuran Superman. Artinya, satu adegan dramatis muncul di dua judul film berbeda, dari perspektif berbeda. Ini adalah konsep superhero yang bahkan belum pernah disuguhkan oleh Marvel Cinematic Universe.Â
Menyaksikan Batman v Superman, rasanya bagai mimpi fans komik superhero yang menjadi kenyataan. Kita melihat Batman versi komik The Dark Knight Returns, yang tak kenal ampun dalam memberantas musuh-musuhnya. Berbagai peralatan serta gaya bertarung Batman di film ini, dirasa mampu membuat para penggemar berdecak kagum. Salah satu adegan Batmobile, barangkali bakal membuat fans ketagihan untuk menontonnya lagi.
Ada pun penampilan Superman di film ini sarat dengan drama yang menimbulkan perasaan miris. Sang pahlawan yang sudah berjuang menyelamatkan manusia, ternyata banyak diprotes dan dibenci. Sementara umat manusia lainnya justru terlampau memujanya bagai sesosok dewa bahkan Tuhan.
Sementara Batman dikisahkan memiliki sejarah 20 tahun memberantas kejahatan, tetapi ia belum menemukan makna di balik aksinya menumpas para pelaku kriminal. Hal tersebut dikarenakan perjuangannya yang selalu diwarnai oleh hal-hal memilukan.
Selanjutnya, mari kita bahas keselarasan antara judul dengan alur cerita film ini. Batman v Superman. Mendengar namanya, kita seolah bakal diberikan suguhan berupa pertempuran epik antara dua superhero populer di atas Bumi ini.
Di sepanjang cerita, pertarungan antara keduanya didasari oleh alasan yang terasa cukup klise. Tanpa bermaksud spoiler, alasan tersebut justru menimbulkan kesan bahwa amarah dari masing-masing pihak kurang tergambarkan dengan maksimal. Untungnya, hal tersebut sama sekali tidak mengurangi keistimewaan mereka sebagai sosok superhero.Â
Superman tidak menyukai cara Batman menghukum kriminal. Sementara kebencian Batman bersumber pada cara bertarung Superman yang terkesan semaunya.
Namun bagaimana dengan klimaks pertempuran keduanya? Banyak yang berharap perseteruan antara Batman dan Superman berakhir dengan sangat menggigit. Setelah disaksikan, harus diakui bahwa amarah dari kedua superhero yang terasa minim ini berpotensi membuat para penonton yang bukan fans komik mereka, hanya bisa mengernyitkan dahi.
Batman v Superman: Dawn of Justice memiliki keunggulan berupa drama dari masing-masing superhero saat mereka tidak berkostum. Akan tetapi, fokus drama terpecah. Agenda masing-masing setiap karakter diekspos terlalu lama, dengan jalinan yang  pada akhirnya justru kurang memperkuat klimaks film.
Di luar itu, kita juga punya drama dari sisi antagonis, Lex Luthor (Jesse Eisenberg). Hubungannya dengan Senator Finch dan antek-anteknya boleh dibilang cukup unik. Karakter Lois Lane sebagai jurnalis tangguh juga tampak kuat. Hanya saja Lois Lane juga masih rekat dengan peran 'tradisionalnya' yang terasa sudah usang dan ketinggalan zaman, yaitu sosok perempuan yang harus berkali-kali diselamatkan Superman. Satu hal yang juga disayangkan, adalah akting Amy Adams yang terasa kurang total.
Selain Batman dan Superman, Wonder Woman berperan penting dalam memberikan daya tarik baru. Di sini, aktris pemeran Wonder Woman, Gal Gadot, sukses memberikan kesan misterius terhadap karakternya yang bernama asli Diana Prince itu.
Perlu diingat kembali, film ini dijanjikan bakal memberi sedikit referensi superhero lain yang nantinya disatukan ke dalam film Justice League. Setelah menyaksikannya, memang beberapa adegan superhero lain ditampilkan dengan footage bergaya The Avengers. Gaya post-credit ending ala Marvel tak ada sama sekali. Referensi Justice League hanya disampaikan lewat dialog.
Seperti diutarakan Lex Luthor dalam trailer, film ini dijanjikan sebagai, "the greatest gladiator match in the history of the world." Akan tetapi, seperti yang juga bisa dilihat dalam trailer, Batman v Superman pada kenyataannya berakhir sebagai persahabatan antara dua peserta gladiator ini. Karena ternyata, ada satu hal yang mampu menjangkau hati nurani masing-masing.
Lantas bagaimana dengan monster Doomsday yang bisa dilihat di trailer? Momen kemunculannya barangkali menjadi yang paling seru dalam film ini. Wonder Woman ikut beraksi melawannya, sehingga kita bisa menyaksikan cikal bakal adegan Justice League yang membuat para pecinta komik meloncat-loncat kegirangan.
Meskipun begitu, Batman v Superman: Dawn of Justice lebih menyorot adegan drama masing-masing karakter dengan khas Watchmen yang juga disutradarai Zack Snyder. Sehingga, porsi action yang seolah dijanjikan lewat judulnya tidak terlalu banyak.
Sebagai film superhero, Batman v Superman: Dawn of Justice tidak terlalu mengecewakan para penggemar film superhero dan adaptasi komik. Meskipun begitu, penonton umum bisa jadi bakal memiliki komentar sebaliknya.
Jika ingin membuktikan ulasan di atas, tonton saja Batman v Superman: Dawn of Justice. Yang patut dicatat, film ini lebih cocok buat penonton berusia usia remaja dan dewasa. Jangan mengajak anak-anak, atau mereka akan kebingungan setelah menonton filmnya.