Liputan6.com, Jakarta Seorang bocah laki-laki menyeret sandal jepitnya yang baru saja putus. Setengah mati ia mencoba membetulkan sandal butut tersebut, tapi usahanya tak berhasil. Lantas matanya tertumbuk pada sepasang sepatu berkilat yang tengah dipakai oleh anak sebayanya.
Bedanya bagai langit dan bumi dengan sandal yang tengah ia gunakan.
Advertisement
Baca Juga
Ini adalah bagian awal dari sebuah film pendek dari Mesir berdurasi empat setengah menit yang bertajuk The Other Pair. Dalam durasi sesingkat itu, film yang memenangi Luxor Egyptian and European Film Festival ini mampu mengaduk perasaan penonton. Bila tak percaya, lihat saja yang terjadi di film ini kemudian.
Sang bocah bersandal jepit hanya mampu memandang penuh harap pada sepatu berkilat yang berkali-kali dibersihkan oleh si empunya. Ia tak mampu melepas matanya, termasuk saat bocah pemilik sepatu itu hendak naik ke kereta api. Malangnya, situasi stasiun yang penuh sesak membuat satu sepatu yang ia kenakan terlepas, sementara kereta mulai berjalan.
Bocah bersandal jepit meraih sebelah sepatu tersebut. Sejenak, wajahnya tampak berpikir keras, tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengejar kereta dan mengembalikan sepatu pada pemiliknya. Kaki kecilnya berlari kencang, tapi tak mampu mengimbangi laju kereta. Sementara pemilik sepatu menatap bocah tersebut dengan penuh harap.
Kepayahan, ia memutuskan untuk melemparkan sebelah sepatu tersebut, berharap sang pemilik dapat menangkapnya. Namun gagal. Yang terjadi kemudian membuatnya terkejut. Sang pemilik sepatu memilih untuk melepaskan sepatu yang ia kenakan dan melemparkannya ke arah bocah bersandal jepit.
Banyak hal yang bisa ditarik dari The Other Pair yang disutradarai oleh Sarah Rozik ini. Dari tindakan si bocah bersandal jepit ini, dapat ditarik pesan bahwa kita tak perlu tenggelam dalam iri hati. Merusak kebahagiaan seseorang adalah hal yang percuma. Layaknya memiliki sebelah sepatu tanpa pasangan yang tak akan berguna.
Justru saat berjuang keras, hidup akan membalasnya dengan hasil setimpal.