Sukses

Winter in Tokyo, Indahnya Kisah Cinta di Negeri Sakura

Film Winter in Tokyo mempertemukan Pamela Bowie dengan Dion Wiyoko dan Morgan Oey.

Liputan6.com, Jakarta Winter in Tokyo diangkat dari salah satu judul seri dalam tetralogi empat musim karya novelis Ilana Tan. Nama ini dikenal luas pecinta novel remaja alias  teen literature (teenlit) sebagai penulis idola remaja dengan gaya tulisannya yang tak hanya sangat remaja, tapi juga puitis.

Lantas, seperti apa versi film dari novel yang meraih status best seller sejak rilis tahun 2008 silam?

Poster Winter in Tokyo

Di film drama romantis yang mulai tayang Kamis (11/8/2016) kemarin, Pamela Bowie memerankan karakter Ishida Keiko, gadis blasteran Indonesia-Jepang yang bekerja di perpustakaan. Keiko tinggal di sebuah apartemen kecil dua lantai di pinggiran Tokyo. Di sana, ia bersahabat dengan kakak-beradik Haruka (Brigitta Cynthia) dan Tomoyuki (Brandon Salim).

Kehidupan adem ayem yang dijalani Keiko berubah sejak ia kedatangan tetangga di kamar yang terletak tepat di depannya. Nama pria itu Nishimura Kazuto (Dion Wiyoko), seorang street photographer. Mereka cepat akrab, lalu jadi dekat. Hingga suatu hari, Keiko bertemu kembali dengan cinta pertamanya saat masih SD, Kitano Akira (Morgan Oey) yang kini sudah jadi dokter.

Kazuto sebenarnya mulai menyukai Keiko. Ia sendiri terpaksa kembali ke Jepang setelah 10 tahun lamanya tinggal di Amerika. Kazuto patah hati setelah gadis yang juga sahabatnya, Yuri (Kimberly Ryder), memutuskan akan menikah dengan teman mereka, Jason.

Winter in Tokyo (Twitter)

Di malam Natal pada musim dingin 2015, Keiko gagal berkencan dengan Akira. Kazuto yang sudah pergi ke Kobe sampai harus balik ke Tokyo untuk menemani Keiko makan malam. Keesokan harinya, Kazuto juga yang mengantar Keiko ke stasiun saat ingin berangkat ke rumah ibunya di Kyoto. Di sini, Kazuto meminta Keiko untuk melepaskan Akira. Ia akan mengungkap alasannya setelah Keiko kembali.

Nahasnya, di hari itu Kazuto malah harus mengalami kejadian tak terduga. Kazuto masuk rumah sakit dan koma. Saat sadar, ia tak bisa mengingat apa pun yang telah terjadi selama satu bulan belakangan. Kazuto terkena partial amnesia atau hilang ingatan sebagian. Ia bahkan tak ingat Keiko. Keiko menunggu Kazuto berhari-hari tanpa kabar.

Akankah Keiko bertemu kembali dengan Kazuto? Apa sebenarnya yang ingin dikatakan Kazuto pada Keiko? Dan, benarkah cinta pertama Keiko adalah Akira?

Winter in Tokyo (Twitter)

Winter in Tokyo menyajikan cerita cinta ringan dengan pemandangan menawan musim dingin di Tokyo. Seperti khasnya novel remaja sejak era teenlit yang menjamur sejak tahun 2000-an, film garapan sutradara Fajar Bustomi ini juga dipenuhi banyak untaian kata indah. Alhasil, di filmnya juga banyak berseliweran dialog menyejukkan soal cinta, khususnya antara dua tokoh utamanya, Kazuto dan Keiko.

Berkat penampilan apiknya, pemilihan Pamela Bowie sebagai Keiko terasa pas. Demikian pula Dion Wiyoko. Meski banyak pembaca setia novelnya yang berkomentar, Boy William bisa lebih baik lagi. Boy, awalnya memang sempat didaulat bakal memerankan Kazuto, namun batal bergabung. Untungnya, Dion berakting tak kalah menawan.

Sementara itu, Morgan Oey yang belakangan banyak dipuji karena dianggap sebagai salah satu aktor pendatang paling menjanjikan di jagat perfilman, justru tampil tak secemerlang di film-film sebelumnya. Karena durasi kemunculannya tak sebanyak yang lain, kehadiran tokoh yang dimainkan Morgan terlihat hanya seperti karakter tempelan.

Morgan Oey dalam Winter in Tokyo (@winter_in_tokyo/Twitter)

Kelemahan lain film ini, adalah dialog para tokohnya yang begitu fasih berbahasa Indonesia ketimbang Jepang. Padahal, mereka diceritakan tinggal dan besar di Jepang sejak kecil. Bahkan, Keiko yang baru pertama bertemu kembali dengan Akira juga berbicara dengan bahasa Indonesia. Seharusnya, ada penjelasan terlebih dahulu mengenai identitas tokohnya hingga penonton tak kebingungan.

Meski begitu, untungnya Winter in Tokyo masih terasa asyik dinikmati berkat chemistry antar tokohnya yang kuat. Hal ini juga ditambah satu kejutan manis di akhir film yang boleh dibilang sukses menyenangkan penonton, juga pembaca novelnya sendiri. Ending Winter in Tokyo menyelamatkan keseluruhan filmnya.