Liputan6.com, Jakarta Nasib seseorang, dapat berubah hanya dalam hitungan detik saja. Chesley "Sully" Sullenberger (Tom Hanks), contohnya, merasa hidupnya jungkir balik hanya dalam waktu sekitar 200 detik saja.
Semua, diawali saat sekawanan burung menabrak pesawat terbang penumpang yang tengah dikemudikan Sully. Dampaknya fatal, dua mesin pesawatnya mati total. Dalam keadaan terjepit, ia mengambil satu keputusan beresiko tinggi, yakni melakukan pendaratan darurat di atas sungai, di tengah udara musim dingin yang membekukan tulang.
Advertisement
Baca Juga
Langkah yang ia ambil, berhasil menyelamatkan nyawa seluruh penumpang dalam pesawat itu. Namun kala ia dielu-elukan sebagai pahlawan oleh segenap masyarakat New York, sebuah kecurigaan mengarah padanya. Komite Keselamatan Transportasi Amerika Serikat mempermasalahkan keputusan Sully untuk mendaratkan pesawat di atas sungai, ketimbang kembali ke bandara.
Apalagi sejumlah bukti yang dibawa komite ini menunjukkan bahwa Sully telah mengambil keputusan yang salah, dan menimbulkan kerugian finansial untuk maskapainya.
Tekanan ini membuat Sully mulai goyah. Beban batinnya masih ditambah dengan bayangan kecelakaan pesawat yang terus menghantuinya. Di tengah pergulatan jiwa tersebut, ia harus menjalani sidang yang akan menentukan nasib, karier, dan reputasinya. Keputusan sepanjang 200-an detik yang ia ambil di udara, akan menentukan apakah ia memang benar pahlawan, atau seorang pecundang.
Kisah Sully dalam film ini, didasari sebuah peristiwa nyata yang dialami oleh Chesley "Sully" Sullenberger pada tahun 2009. Ceritanya diadaptasi dari buku Highest Duty yang ditulis oleh Chesley Sullenberger bersama Jeffrey Zaslow.
Mengangkat sebuah peristiwa malapetaka di dunia nyata menjadi sebuah film, bukan hal yang istimewa. Banyak yang memilih untuk memindahkan dahsyatnya malapetaka tersebut dalam bentuk audiovisual. Namun Clint Eastwood, sutradara Sully, melakukannya dengan cara sedikit berbeda. Ia memilih untuk mendalami soal gejolak emosional pelakunya setelah peristiwa tersebut.
Jangan salah, malapetaka mengerikan nan dramatis ini, memang ikut ditampilkan dalam Sully. Kepanikan di kabin, rasa ngeri di mata ko-pilot Jeff Skiles (Aaron Eckhart ) dan para pramugari, juga dahsyatnya gambaran saat pesawat menghantam permukaan sungai, membuat penonton ikut bergidik. Namun, fokusnya tak sebesar soal pergulatan batin sang pilot pasca kejadian nahas ini.
Tom Hanks kembali tampil dengan cemerlang sebagai seorang pilot senior yang menyimpan berbagai emosi dan kerapuhannya sendirian. Apalagi, sosok Sully yang dimainkan Hanks terasa begitu persis dengan Sully asli yang muncul sekilas di akhir film.
Yang membuat film ini terasa spesial, adalah begitu mudah untuk penonton empati dan merasa peduli dengan nasib Sully. Terutama kala Sully dihadapkan dengan anggota komite serta sang istri yang ikut meragukannya.
Sebenarnya, memang terasa benar bahwa anggota Komite Keamanan Transportasi didudukkan sebagai antagonis film ini, meski dalam kisah aslinya belum tentu begitu. Posisi mereka dibuat begitu kontras dengan sikap heroik Sully, sebuah jalan pintas yang gampang untuk membuat penonton berempati dengan karakter Sully. Namun yang jelas, hal ini sangat membantu untuk mendapatkan klimaks yang ‘menonjok’ di penghujung film.
Sully, mulai ditayangkan di bioskop Indonesia pada Jumat (9/9/2016).