Liputan6.com, Yogyakarta Ngayogjazz kembali digelar. Pada perhelatan tahun 2016 ini panggung musik jazz digelar di Kwagon Sidorejo Godean, Sleman.
Founder Ngayogjazz Djaduk Ferianto mengatakan tidak ada yang membedakan Ngayogjazz 2016 dengan sebelumnya. Ia hanya menyebutkan Ngayogjazz memberikan kesempatan bagi pencinta jazz menikmati musik ini berdekatan dengan masyarakat sekitar.
Advertisement
Dan musisi jazz akan mendapatkan sensasi berbeda ketika manggung sementara sebelahnya adalah tempat pembuatan genteng dan batu bata. Penonton pun juga duduk di atas tanah liat bahan baku pembuatan genteng.
"Kita ingin mencoba memberikan kebahagiaan kepada sesama yang bermanfaat pada siapapun. Mudah mudahan ini merayakan kegembiraan sesama daripada ngomong politik," ujar Djaduk Ferianto, di Panggung Paris, Sabtu (19/11/2016).
Baca Juga
Acara dibuka dengan kirab bregodo dan performance art dari seniman Yogyakarta. Kirab dimulai dari panggung utama Panggung Paris menuju ke simpang desa Kwagon. Sementara dari arah berlainan ada rombongan dari utusan berbagai negara seperti Nepal, Meksiko hingga Eropa diiringi rombongan bregodo desa Kwagon.
Mereka bertemu di simpang desa untuk penyerahan alat musik terompet yang diserahkan kepada Miss Asia yang diperankan oleh Yu Beruk Yustiningsih. Seniman kawakan asli Yogya ini lalu menuju ke panggung utama diiringi rombongan bregodo kraton dan desa Kwagon.
Setelah sampai di Panggung genteng Paris Yu Beruk meniup terompet sebagai simbol resmi dibukanya Ngayogjazz 2016. Tidak lama usai terompet ditiup, Monita Tahalea membuka pentas pertama panggung utama Ngayogjazz dengan lagu "Ingatlah". Antusias penonton mulai terlihat dengan menyanyikan lagu milik wanita cantik berdarah Ambon-Austria-Manado itu.
Ngayogjazz 2016 memilih tempat di Kwagon Sidorejo Godean Sleman karena beberapa hal. Pertama, di Desa Kwagon tempat Ngayogjazz berlangsung merupakan sentra industri genteng. Selain itu desa ini juga kuat dengan budaya masyarakat yang sudah berjalan puluhan tahun.
"Karena kita mencari tempat belum dapat, lalu pak dukuh menawarkan kami lalu ke sini melihat dan survei luar biasa masyarakatnya," ujar Djaduk Ferianto.
Djaduk Ferianto mengatakan Ngayogjazz diharapkan memberi kesempatan bagi warga Kwagon untuk makin mengenalkan identitasnya. Sebab desa-desa di Yogya sejatinya memiliki sejarah yang kuat dan juga tradisinya sendiri-sendiri. Sehingga generasi muda juga dapat belajar budaya sendiri khususnya Yogya.