Liputan6.com, Jakarta Ailin (Chelsea Islan), seorang dokter muda imut-imut, mengayuh sepedanya ke rumah sakit dengan penuh semangat. Ada satu pasien istimewa yang terus mengusik rasa ingin tahunya. Ia adalah seorang pemuda bertubuh kekar (Iko Uwais), yang sayangnya sudah dua bulan ini koma—dan ternyata mengalami amnesia.
Dengan “semena-mena” Ailin lantas memberi nama Ishmael pada pemuda dengan luka tembak di kepala itu, hanya karena ia sedang membaca buku Moby Dick. Nama ini, adalah narator dalam cerita karangan Herman Melville tersebut.
“Ishmael, siapa kamu sebenarnya?” tanya Ailin.
Advertisement
Baca Juga
Pertanyaan ini terjawab tak lama setelah Ishmael sadar. Dan jawabannya, ternyata jauh dari yang Ailin harapkan. Masa lalu Ishmael ternyata berkelindan erat dengan seorang gangster bengis bernama Mr Lee (Sunny Pang). Bahkan luka di kepala Ishmael pun adalah hasil “karya” komplotan Mr. Lee.
Dan kini, komplotan Mr. Lee menyadari bahwa Ishmael masih hidup, dan mulai memburunya. Ailin, perempuan yang kini dekat dengan Ishmael, diculik sebagai pancingan agar Ishmael kembali ke markas komplotan tersebut. Tak ada pilihan lain, Ishmael harus menyabung nyawanya, demi menyelamatkan Ailin.
Masuk ke Dunia yang Berbeda
Headshot bisa dibilang adalah film yang dengan mudah merengkuh dan membawa penonton ke dunia lain. Dunia para criminal overlord yang tak hanya penuh dengan desingan peluru, tapi juga darah yang muncrat karena ditebas senjata tajam dan tulang yang diremukkan dengan tangan kosong. Kebrutalan ini diseimbangkan dengan kehadiran Ailin dengan segala romansanya, yang memberikan elemen humanis untuk film ini.
Duo sutradara Mo Brothers—Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto—menciptakan dunia Headshot dengan teliti. Setting, properti, kostum pemain, hingga pencahayaan, ditata secara harmonis dan memberikan atmosfer film yang unik. Setiap shot memberikan pengalaman sinematik layaknya sebuah novel grafis pada para penonton.
Ini ditambah dengan penataan suara yang sungguh apik oleh Fajar Yuskemal, Aria Prayogi, dan M Ichsan Rachmaditta. Audio dalam Headshot terasa begitu bersenyawa dengan adegan yang ditampilkan. Contoh saja, saat pertarungan dalam bus, bunyi tonggeret yang memekakkan telinga menyuntikkan atmosfer terpencil sekaligus ancaman dalam adegan ini.
Tak salah bila hasil kerja mereka diganjar Piala Citra 2016 untuk Penata Suara Terbaik .
Dari segi artistik audio-visual, tak terlalu berlebihan bila mengatakan bahwa Headshot adalah salah satu film Indonesia dengan production value paling unggul tahun ini. Buktinya, film produksi Screenplay Infinite Films ini juga dinominasikan dalam kategori Pengarah Artistik Terbaik dalam FFI kemarin.
Advertisement
Adrenalin yang Memuncak
Mengingat Headshot adalah film martial art, faktor koreografi perkelahian jelas memegang peran krusial dalam film ini. Kali ini sang aktor utama, Iko Uwais, diberi kewenangan untuk mendesain baku hantam dalam Headshot.
Hasilnya, ia berhasil membuat setiap “ronde” pertarungan yang dihadapi Ishmael, begitu berkarakter. Contohnya perkelahian dengan duo Tejo (David Hendrawan) dan Tano (Zack Lee) yang sangat agresif dan penuh chaos, sementara gaya bertarung Rika (Julie Estelle) cenderung lebih akrobatik.
Pamungkasnya, tentu adalah pertarungan dengan Lee sendiri. Adu jurus dengan sang Godfather ini jadi lebih spesial karena Lee menggunakan jurus-jurus kungfu. Sunny Pang, aktor yang memainkan karakter ini, memang aslinya memiliki kemampuan bela diri.
Tak cuma jurus bela diri, ia juga merupakan salah satu karakter dengan medan magnet terbesar di film ini. Pang, mampu menampilkan karakter seorang iblis dengan banyak wajah. Kadang terlihat santun, bengis, bahkan sempat kurang ajar karena makan bakmi di depan bos gangsters lain yang ingin membunuhnya.
Secara keseluruhan, bila Anda adalah penonton yang mengejar lonjakan adrenalin, maka Headshot sepertinya wajib masuk dalam daftar film yang harus ditonton. Headshot akan tayang di bioskop Indonesia pada 8 Desember 2016, diikuti dengan perilisan di Amerika Utara, Asia, hingga wilayah Eropa.