Liputan6.com, Jakarta Saat harapan dan kekuatan penuh dalam suatu benda menyentuh jiwa manusia, menyebabkan jiwa itu bersatu. Akhirnya, manusia itu menjadi goblin sebagai hadiah sekaligus kutukan.
Hal itu terjadi dalam pedang yang dipakai seorang jenderal Goryeo yang berhasil menebas ribuan musuhnya dalam berbagai pertempuran. Tragisnya, pedang itu juga yang mengakhiri hidup tuannya, menancap di tubuhnya.
Advertisement
Baca Juga
Hidup selamanya merupakan hadiah sekaligus kutukan bagi sang panglima tinggi. Ia harus menyaksikan kehidupan orang-orang di sekitarnya berakhir. Hanya ada satu cara, dia harus menemukan separuh jiwanya dari bangsa manusia.
Dengan begitu, sang pujaan hati bisa menarik pedang dari dalam dirinya. Sang jenderal pun bisa beristirahat dengan tenang. Fakta menyedihkan antara hidup dan mati dialami oleh sang jenderal, diperankan Gong Yoo. Tak disangka, Goblin rupanya berteman dengan Dewa Kematian (Lee Dong Wook) yang menyewa rumahnya.
Baru dua episode, Goblin sukses merebut perhatian penikmat drama Korea, mendapatkan rating tinggi di awal penayangannya. Perpaduan antara komedi dan romantis, serta diikuti dengan sedikit laga membuat Goblin disebut sebagai drama fenomenal.
Namun tak banyak yang menyadari Goblin juga sarat dengan pembelajaran berharga dalam hidup berupa Life Instinct (Eros) dan Death Instinct (Thanatos) yang dikemukakan Sigmund Freud.
Goblin yang bertahan hidup atau bangkit kembali dari kematian menjadi ciri dari Eros. Sementara, kehadiran Grim Reaper atau Dewa Kematian yang diperankan Lee Dong Wook menjadi Thanatos. Seperti apa ceritanya?
Keajaiban dalam Hidup
Goblin dengan berbagai karakter yang menarik membangun jalan ceritanya. Goblin yang merupakan sang jendral yang bangkit kembali bernama Kim Shin (Gong Yoo).
Selama berabad-abad, waktu terus berputar. Tapi tidak dengan kehidupannya. Saat tengah menghabiskan waktu di sebuah bangunan, Kim Shin mendengar doa seorang wanita yang menjadi korban tabrak lari.
Adalah seorang wanita yang ternyata tengah mengandung. Di ambang batas antara hidup dan mati, wanita tersebut berharap dirinya bisa selamat, setidaknya memberikan hidup untuk anaknya yang belum sempat ia lahirkan. Dinamika kepribadian dalam drama Goblin tersebut merupakan keseimbangan kerjasama antara id, ego, dan superego.
Meski memiliki kekuatan dan keabadian, jauh di dalam lubuk hatinya, Kim Shin adalah pria yang baik hati dan berhati lembut. Akhirnya, Kim Shin--sang Goblin--mengabulkan permintaan wanita tersebut.
Semua itu merupakan insting hidup disebut juga eros, ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Wanita tersebut berhasil selamat, melahirkan anak perempuannya diberi nama Ji Eun Tak.
Setelah wanita itu pergi, Dewa Kematian bernama Wang Yeo (Lee Dong Wook) hadir, untuk mengambil nyawanya. Ia bingung karena targetnya menghilang. Manusia mengatakan momen itu adalah sebuah keajaiban.
Meski sedih, tugas Wang Yeo mengambil nyawa orang lain. Semua nama dalam daftar harus ia jemput untuk kembali ke jalannya. Hal yang dilakukan Wang Yeo bisa disebut sebagai insting mati atau disebut juga thanatos, insting yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada yaitu kepada diri sendiri atau kepada orang lain atau luar diri.
Selanjutnya, Jin Eun Tak ternyata lahir dengan takdir yang unik setelah diselamatkan Goblin, Ia memiliki tanda di punggungnya, membuatnya disebut sebagai Pengantin Goblin.
Advertisement
Insting Hidup dan Mati yang Berdampingan
Ji Eun Tak pun akhirnya tumbuh besar. Namun di usia sembilan tahun, dia kehilangan ibunya. Kelahiran Eun Tak yang tidak disangka membuatnya mampu melihat makhluk tak kasat mata.
Eun Tak tumbuh menjadi pribadi yang tak percaya dengan adanya keberuntungan. Sikap dan sifat yang membangun sosok Eun Tak itu seperti yang ada dalam psikoanalisis Sigmund Freud, menyebutkan iwa individu memiliki tiga tingkat kesadaran yaitu : sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Selanjutnya Freud membahas pembagian psikisme manusia, yaitu tingkah laku manusia merupakan produk interaksi dari tiga sistem, yaitu: Id, Ego, dan Superego.
Artinya bahwa setiap tingkah laku manusia itu ada unsur nafsu (dorongan), unsur kesadaran nyata dan unsur pengendalian: terlepas dari benar atau salah, baik atau buruk (Fudyartanta, 2006: 102). Ketiga sistem pembentuk kepribadian manusia tersebut mempunyai fungsi, sifat, konponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanisme yang berbeda.
Sejak ibunya meninggal, Eun Tak tinggal bersama bibi dan keluarganya yang kejam. Meski begitu, Eun Tak tidak langsung berputus asa. Dia sadar kehidupan tetap berjalan, roda dunia masih terus berputar. Insting hidup disebut juga eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting hidup adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesies.
Akhirnya saat berusia 19 tahun, Eun Tak yang tak percaya dengan keajaiban melihat dengan jelas hadiah untuk dirinya sendiri. Rupanya Eun Tak memiliki seorang penjaga. Saat tabir kehidupannya terbuka, Eun Tak pun kembali bertemu dengan Dewa Kematian.
Nama Eun Tak pun membingungkan dewa kematian tak ada dalam daftar hidup ataupun mati. Eun Tak juga telah masuk deadline atau tak seharusnya dilahirkan.
Sang dewa kematian yang hanya menjalankan tugasnya melakukan sesuai dengan insting mati atau thanatos adalah insting yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada. Freud menjelaskan bahwa naluri kematian pada individu biasanya ditujukan kepada dua arah, yaitu kepada diri sendiri atau kepada orang lain atau luar diri.
Naluri kematian yang diarahkan ke luar diri atau kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh, menganiaya, atau menghancurkan orang lain. Naluri kematian juga dapat menjurus pada tindakan bunuh diri atau pengrusakan diri (self-destructive behavior) atau bersikap agresif terhadap orang lain (Hilgard et al., 1975: 335)
Lagi-lagi, Eun Tak berhasil selamat, lebih tepatnya diselamatkan oleh sang goblin. Takdir di hadapan Eun Tak jauh lebih kejam, ia yang harus mencabut pedang dari tubuh Kim Shin mengantarkannya ke peristirahat terakhir. Setelah pedangnya dicabut, Kim Shin berubah menjadi abu. Dalam drama Goblin ini, terlihat jelas eros dan thanatos yang berjalan beriringan.