Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran film-film laga bertema vampir hampir selalu mengundang penggemar fanatik tersendiri. Lihat saja beberapa franchise seperti Twilight dan Blade, hingga serial-serial macam Vampire's Diary dan True Blood. Satu seri film yang juga masih berjaya dan tetap digemari adalah Underworld.
Direncanakan sebagai sebuah reboot atau daur ulang, film kelima yang berjudul Underworld: Blood Wars akhirnya didapuk sebagai kelanjutan film sebelumnya, Underworld: Awakening. Film arahan sutradara Anna Foerster ini, kembali berfokus pada Selene (Kate Beckinsale) yang merelakan dirinya untuk tidak bertemu lagi dengan anaknya setelah kejadian film keempat.
Advertisement
Baca Juga
Kini, Selena menjadi vampir yang diburu oleh para Lycan. Selene lalu terlibat dalam perang antara vampir dan Lycan. Dilatarbelakangi pembunuhan orang-orang terdekatnya oleh beberapa musuh, keterlibatan Selene pada perang dilandasi oleh alasan yang sangat pribadi.
Bersama rekan barunya, David (Theo James), Selene mengetahui bahwa Marius merupakan pemimpin baru klan Lycan. Marius berniat untuk memimpin pasukannya dalam menangkap Selene. Para Lycan di bawah pimpinan Marius menggunakan darah Selena untuk memusnahkan para Vampir dan Death Dealers.
Dari segi penataan film, tak ada yang berubah di Underworld: Blood Wars dari film-film sebelumnya. Selene juga memiliki perangai yang sama seperti keempat film sebelumnya. Beberapa karakter vampir maupun Lycan juga masih memiliki watak yang dingin.
Hampir tak ada bumbu humor yang menyegarkan dalam film ini, membuatnya konsisten menjadi franchise yang selalu menyajikan unsur gelap di dalamnya. Namun, ada kesan bahwa Underworld: Blood Wars memiliki warna yang nyaris serupa dengan film-film seperti The Hunger Games atau Maze Runner.
Namun begitu, beberapa adegan laga dan peperangan tidak disajikan secara megah. Film ini memang menghadirkan banyak pemain yang terlibat di medan perang. Namun, lokasinya jarang berada di tempat terbuka. Hal tersebut mengesankan bahwa peperangan dalam film ini tak ada bedanya dengan pertikaian antar geng mafia. Ditambah lagi, senjata api banyak dilibatkan di dalamnya. Adegan di tempat terbuka justru dipakai untuk pertempuran dua orang karakter. Sehingga, film yang ramai pemain ini malah terkesan sepi.
Terlebih lagi, hadirnya karakter vampir terpaksa membuat sineasnya banyak mengambil lokasi di malam hari. Jadi bagi yang menggemari film laga fiksi dengan setting yang gelap, Underworld: Blood Wars bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun begitu, alur cerita film ini mudah ditebak dan klimaksnya juga terkesan biasa saja dengan satu kejutan kecil.
Underworld: Blood Wars memang tetap mempertahankan warna dari film-film sebelumnya dan sangat berpotensi untuk mengobati kerinduan para penggemar setianya. Sehingga, tentu saja film ini menjadi pemuas dahaga tersendiri bagi pecinta seri film Underworld.