Liputan6.com, Jakarta - Fans berat video game Resident Evil boleh berlega hati. Franchise film yang sudah berjalan selama 15 tahun, akhirnya berakhir di film keenam, Resident Evil: The Final Chapter. Memang, berakhirnya franchise layar lebar Resident Evil menjadi satu hal berat bagi para pecinta setia film-filmnya.
Versi layar lebar Resident Evil sendiri telah menjadi kontroversi semenjak film ini pertama kali digarap oleh Constantin Film di bawah bendera Screen Gems dan Sony. Pasalnya, di mata fans video game asli besutan Capcom, film-film yang dirilis tak sesuai dengan kisah aslinya, malah terpaku dengan karakter buatan sendiri yang bernama Alice (Milla Jovovich).
Advertisement
Baca Juga
Alice sendiri sudah sejak awal muncul di film pertama, Resident Evil, yang dirilis pada 2002 silam. Karakternya digambarkan sebagai seorang wanita tangguh yang kehilangan ingatan setelah terbangun di laboratorium bawah tanah milik Umbrella Corporation.
Resident Evil: The Final Chapter digadang-gadang sebagai akhir dari petualangan Alice yang di hampir semua filmnya selalu digambarkan berkali-kali tertangkap dan kabur dari kejaran Umbrella. Kali ini, ia bermitra dengan salah satu teman lamanya, Claire Redfield untuk pertama dan terakhir kalinya, melenyapkan wabah T-Virus dari muka bumi.
Resident Evil: The Final Chapter dibuka beberapa waktu persis setelah akhir film Resident Evil: Retribution yang bertempat di Washington D.C. Alice ternyata dikhianati oleh Albert Wesker (Shawn Roberts) yang berpura-pura mengembalikan kekuatannya seperti sedia kala. Ia pun harus berjuang sendirian untuk bisa bertahan hidup dari serbuan makhluk-makhluk mengerikan.
Satu petunjuk membuat Alice harus pergi menuju Raccoon City agar bisa mencegah rencana Umbrella Corporation untuk memusnahkan manusia yang tersisa. Dalam usahanya untuk menyalamatkan umat manusia sambil membasmi tuntas seluruh zombie, Alice harus bekerja sama dengan kelompok manusia yang tersisa termasuk Claire Redfield.
Film Zombie yang Penuh Aksi
Kalau ditanya apa yang bisa membuat kita puas dengan Resident Evil: The Final Chapter, tentunya adalah konsistensi sutradara Paul W. S. Anderson dalam menggambarkan adegan aksi di sepanjang film. Banyak unsur dari video game yang dimanfaatkannya demi menjadi sebuah hiburan tersendiri.
Tak hanya Milla Jovovich yang kebagian adegan tarung. Beberapa pemeran tokoh antagonis serta karakter pendukung juga mendapat porsi yang pas dalam melancarkan gerakan bela dirinya. Jadi, kita pun tak perlu larut dalam ketegangan yang disuguhkan di dalamnya.
Selain itu, tata rias para zombie serta beberapa karakternya juga boleh diacungi jempol. Mungkin belajar dari serial macam The Walking Dead atau tampilan dari video game yang sudah mencapai seri ketujuh, Paul W. S. Anderson mampu menangani hal tersebut dengan baik.
Tak sampai di situ. Film ini juga unggul dalam menampilkan adegan panorama serta pemandangan jarak jauh. Kesan mengerikan dan mencekam di era apokaliptik pun sangat terasa. Di beberapa momen, kita seperti sedang melihat sebuah film kehancuran dunia secara global.
Resident Evil: The Final Chapter juga memiliki nilai tambah dari segi mengemas akhir cerita. Meskipun di sepanjang film banyak adegan laga yang sangat banyak, namun skenarionya berhasil menguak misteri Umbrella serta jati diri Alice yang sesungguhnya. Beberapa kejutan juga cukup banyak disajikan di dalamnya.
Advertisement
Formula yang Diulang-Ulang dan Minim Ketegangan
Seperti lima film sebelumnya Resident Evil: The Final Chapter selalu memiliki formula yang hampir selalu sama. Salah satunya adalah keterlibatan Alice dengan sebuah kelompok dalam satu misi yang pada akhirnya menewaskan beberapa anggotanya.
Adegan lainnya yang terlihat sangat deja vu adalah ketika Alice lagi-lagi tertangkap Umbrella, dan kabur, lalu menghampiri Umbrella lagi. Membuat beberapa penonton yang bukan fans franchise ini tentu akan menganggap hal tersebut sebagai hal yang monoton.
Alice juga masih digambarkan terlalu kuat dan sempurna ketika berhadapan dengan beberapa monster dan zombie. Bahkan, caranya mengalahkan atau kabur dari makhluk-makhluk mengerikan yang ada juga terlalu klise dan mudah ditebak.
Beberapa adegan pemecahan masalah yang dibuat-buat juga mungkin bakal membuat sebagian penonton geli atau bahkan mengernyitkan dahinya. Nostalgia penonton terhadap film pertama juga kurang ditampilkan secara maksimal, hanya menjadi ajang main-main antara Alice dan karakter antagonis utamanya.
Satu hal mengecewakan lainnya adalah minimnya para tokoh dari game yang muncul dalam film ini. Di sepanjang film cuma ada Claire Redfield dan Albert Wesker. Bukan hanya soal mengecewakan fans video game, namun nasib karakter seperti Leon, Ada, Chris, dan Jill, tak dijelaskan secara gamblang, apakah mereka masih hidup atau sudah tewas. Pertanyaan tersebut cukup untuk mengganggu pikiran kita yang setia mengikuti franchise film Resident Evil sejak judul pertama.