Liputan6.com, Jakarta - Uus kerap jadi headline berita karena tindakannya yang kontroversial. Dahulu, ia pernah jadi bulan-bulanan netizen lantaran menyindir salah seorang K-Popers berhijab. Yang terbaru, pemilik nama asli Rizky Firdaus Wijaksana itu dikeluarkan dari program Inbox SCTV karena cuitan jahilnya di Twitter.
Ia dianggap telah menghina Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. "Shampo untuk Rizieq. Viralkan! Bantu Rizieq beli shampo!!" kata UUs di twitter beberapa waktu lalu. Statement tersebut sempat jadi sorotan.
Namun Uus dikeluarkan bukan karena cuitan kontroversialnya. Ia dikeluarkan dari program musik tersebut murni karena hasil evaluasi dari tim produksi.
Advertisement
Baca Juga
Lewat akun Instagram ia pun menuturkan permohonan maaf setelah apa yang terjadi. "Maaf ya temen-temen. Kalo saya jadi public figure yang ga sesuai seperti yang temen-temen harapkan. Mungkin cara pikir saya kadang ga sama seperti public figure lainnya. Maklum, saya ini gabiasa hidup nyaman dari uang. Saya nyaman dari ngelakuin hal yang menurut saya baik," ungkap Uus di Indstagram, Minggu (29/1/2017).
Ia pun mulai menceritakan pengalamannya di masa lalu yang membentuk karakter dirinya. "Saya dulu pemain basket. Gagal. Terus sempet mental breakdown. Nyerah. Doa udah. Usaha udah. Puasa udah. Dikasihnya cidera panjang sampe semua tabungan abis buat fisioterapi," katanya.
Namun ia sadar, bahwa pengalaman pahit tersebut justru menjadi pelajaran besar dalam hidupnya. "Dengan kerja keras, ngelakuin hal yang maksimal, bukan berarti kamu berhak dapet yang terbaik," Uus melanjutkan pernyataan tertulisnya.
Pengalaman tersebut membuatnya belajar untuk bisa menerima kenyataan hidup yang harus dijalani dengan penuh keikhlasan. Semua dilakukan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. "Dari penyiar radio sampai stand up, saya coba jalanin hidup untuk lebih ikhlas. Berjalan tanpa ngeluh, minim rencana karena rencana Allah pasti lebih baik. (Baca deh tulisan gue disalah satu foto soal mimpi)" tuturnya.
Akhirnya ayah dengan satu orang anak itu mengerti, bahwa hidup tidak semata-mata untuk menang. Tapi juga harus siap menerima kekalahan. "Karena pemenang cuma satu. Yang kalah lebih banyak dari yang menang. Seharusnya yang kalah belajar untuk lebih bisa merangkul. Bukan untuk menang, tapi untuk menerima kalo kekalahan itu menyenangkan," ucapnya.