Liputan6.com, Jakarta Kisah Wonder Woman yang dianggap sebagai salah satu superhero wanita terhebat di dunia tengah menghiasi dunia. Film yang dibintangi Gal Gadot itu masuk dalam jajaran Box Office, meraih keuntungan US$ 100 juta.
Namun, popularitas Wonder Woman rupanya harus sedikit tercemar. Di beberapa negara, Wonder Woman dilarang tayang, termasuk Libanon dan Tunisia yang mayoritas penduduknya beragama Muslim.
Advertisement
Baca Juga
Pelarangan untuk penayangan dilakukan menyusul tuntutan hukum yang diajukan oleh Asosiasi Pengacara Muda Tunisia, yang menyebut Gal Gadot yang kelahiran Israel itu merupakan seorang "juara Zionis". Menurut laporan pihak lokal, Gedung Pengadilan Tunisia memutuskan untuk menghentikan peluncuran Wonder Woman di bioskop sambil memeriksa gugatan tersebut.
Kini, Aljazair juga ikut melarang Wonder Woman tayang. Sebuah petisi dibuat dan ditandatangani oleh mayoritas warga Aljazair yang menolak Wonder Woman.
Bahkan, Wonder Woman yang seharusnya menjadi bintang di festival film ternama di Aljazair juga gagal tayang. Pihak pelaksana hanya menyebutkan, masalah administrasi yang menyebabkan Wonder Woman urung ditampilkan.
Sama seperti di Tunisia, beberapa surat kabar lokal Aljazair menuliskan, Gal Gadot yang menjadi penyebab Wonder Woman tak diterima di beberapa negara. Gal Gadot pernah ikut dalam wajib militer Israel.
Selain itu, secara terbuka, Gal Gadot menyuarakan dukungannya terhadap aksi militer di Gaza pada 2014. Gal Gadot menuliskan pujian terhadap tentara Israel yang dianggapnya berani melakukan serangan terhadap warga Gaza.
Negara Yordania juga menolak keberadaan Wonder Woman di negaranya. Dalam sebuah pernyataan, pihak warga Yordania mengutuk Gal Gadot yang dianggap sebagai partner Zionis.
"Kami dengan keras melakukan penolakan terhadap film Wonder Woman. Kami juga tidak mau bekerja sama atau memberikan keuntungan terhadap pihak yang menguntungkan Zionis atau Israel."