Liputan6.com, Jakarta - Sejak trailer Thor: Ragnarok dirilis pada tahun lalu, film garapan sutradara Taika Waititi ini sudah memantik rasa penasaran penggemar.
Mulai judul Ragnarok yang bermakna ‘kiamat’ dalam mitos Skandinavia, Thor yang tak lagi berambut gondrong, pertempuran dengan Hulk, hingga hancurnya Mjolnir di tangan Hela—Dewi Kematian misterius yang diperankan oleh aktris senior Cate Blanchett.
Advertisement
Baca Juga
Segala kejadian ini ada hubungannya dengan akhir dari film sang Dewa Petir yang kedua, Thor: The Dark World. Di akhir film ini, Loki (Tom Hiddleston) menyamar sebagai Odin (Anthony Hopkins), sementara kakaknya meninggalkan takhta Asgard.
Penyamaran Loki ini, akhirnya terkuak oleh Thor (Chris Hemsworth) di awal film ketiganya ini. Marah besar, Thor menyeret sang adik turun ke bumi untuk mencari sang ayah. Berkat bantuan Doctor Strange (Bennedict Cumberbatch), ayah dan anak ini akhirnya bertemu, namun tak lama kemudian Odin kembali meninggalkan Thor dan Loki.
Kepergian Odin, membawa kekosongan di takhta Asgard. Hela, sang Dewi Kematian, tiba-tba muncul dan mengklaim takhta tersebut. Kedatangannya, juga menguak masa lalu antara dirinya dan Odin.
Thor, jelas tak terima dengan klaim Hela. Namun apa daya, saat berusaha melawan, Mjolnir malah dihancurkan Hela. Tak cukup sampai di situ, saat hendak kembali ke Asgard ia malah terlempar ke kosmos yang lain. Nasib nahas terus membuntuti Thor. Di kosmos yang baru ini, ia malah dijual sebagai gladiator oleh Valkyrie (Tessa Thompson), wanita misterius tukang minum.
Di arena gladiator, ia bertemu dengan kawan lama, Hulk (Bruce Banner), yang kini menjadi lawan tandingnya. Sementara Thor kehilangan palu dan terkungkung di arena gladiator, di Asgard, Hela mulai berkuasa dengan penuh teror.
Dosis Humor dan Atmosfer yang Berbeda
Thor yang dahulu, bukanlah yang sekarang. Sang Dewa Petir lahir kembali di tangan Taika Waititi dengan kemasan dan isi yang lebih segar. Bahkan dalam media junket yang digelar di Sydney pertengahan bulan ini, Chris Hemsworth sendiri mengaku bahwa ia merasa seperti memainkan karakter yang benar-benar baru.
Bila dua film sebelumnya masih kental dengan unsur drama—bahkan cerita cinta yang terasa sedikit picisan—maka hal berbeda ditawarkan dalam Thor: Ragnarok.
Film Thor kali ini hampir bersih dari adegan drama bernuansa serius, selain di satu-dua bagian saja. Thor: Ragnarok, adalah parade humor yang nyaris tak putus-putus dari awal sampai akhir film. Mulai dialog kocak sampai slapstick, ada di film ini. Dimuat juga beberapa referensi dari film Marvel lain, bahkan dari serial di luar Marvel Cinematic Universe.
Unsur humor yang kental ini, membuat film berdurasi 130 menit ini terasa seperti perjalanan yang menyenangkan. Ini masih ditambah lengkingan Robert Plant bersama Led Zeppelin dalam “Immigrant Song”, yang mengiringi adegan laga pemuncak dalam film ini. Adrenalin langsung melonjak sejak riff gitar pertama dimulai.
Tak hanya sisi humor yang diperbanyak, Taika Waititi juga menawarkan visualisasi yang berbeda dari dua film yang sebelumnya. Terutama atmosfer Planet Sakaar dengan ingar bingar dan warna-warni ala zaman retro, yang memiliki porsi besar di film ini.
Aspek visualisasi, musik lawas, dan humor yang kental, mungkin akan sedikit mengingatkan penggemar Marvel dengan nuansa yang muncul dalam Guardian of the Galaxy.
Meski terkesan sebagai film ringan, Thor: Ragnarok yang akan tayang di Indonesia pada 25 Oktober mendatang ini sejatinya merupakan film dengan konten inti yang cukup kompleks, terkait dinamika karakter-karakternya. Film ini menandakan kelahiran kembali Thor, juga awal mula dari perubahan dalam diri Hulk. Film ini juga menjadi jembatan bagi Hulk dan Thor menuju Infinity War, setelah dua superhero Avengers ini absen dalam Captain America: Civil War.
Dan Taika Waititi terbilang berhasil mengeksekusi tugas ini, sekaligus memantik rasa penasaran penggemar atas film-film Marvel berikutnya.
Advertisement