Sukses

Peserta Tunanetra Ini Memukau Juri Audisi LIDA di Denpasar

Warga Denpasar dan sekitarnya antusias mengikuti audisi Liga Dangdut Indonesia (LIDA) di Denpasar, Bali, Minggu (29/10/2017)

Liputan6.com, Jakarta Ajang audisi Liga Dangdut Indonesia (LIDA) digelar di Bali. Sejak pagi antrean panjang peserta audisi sudah terlihat di Lapangan Mako Brimob Tohpati, Denpasar, Minggu (29/10/2017). Ada yang menarik dari audisi yang baru pertama digelar di Pulau Dewata itu. Nampak salah satu peserta adalah penyandang tuna netra ikut dalam barisan peserta yang akan mendaftar.

Dia adalah Mahania, remaja asal dari Desa Yeh Kuning, Dusun Anyar, Kabupaten Jembrana, Bali. Berjalan perlahan dengan selalu didampingi oleh sang ayah Supriyadi (54), gadis manis yang biasa dipanggil Nia itu terlihat bersemangat mengikuti tahapan demi tahapan audisi Liga Dangdut Indonesia.

Gadis 15 tahun itu akhirnya sampai pada tahapan akhir sesi video both, di mana peserta audisi harus bernyanyi dengan diiringi instrumen musik di depan para juri. Saat itulah baru diketahui suara Nia sangat merdu, bahkan juri Liga Dangdut Indonesia seperti ketagihan mendengar suara mendayu Nia. Para juri meminta Nia melakukan take vocal tiga judul lagu sekaligus.

Sebagai pribadi yang sederhana, Nia selalu mengikuti arahan para juri Liga Dangdut Indonesia Indosiar.  Meski memiliki keterbatasan, namun segudang prestasi pernah disabet Nia. Ia pernah menjuarai kontes bernyanyi yang digelar salah satu operator telepon selular pada tahun 2014. "Dari situ saya sering diminta untuk tampil di pentas-pentas di daerah saya," kata Nia kepada Liputan6.com, Minggu (29/10/2017).

Dengan polos Nia menyebut bayarannya mulai Rp200 ribu hingga Rp1 juta sekali manggung. Sang ayah, Supriyadi menjelaskan, dulu pernah ada pencari bakat yang tertarik mempromosikan Nia ke pentas nasional. Saat itu, Nia sempat mendapatkan sekolah tentang musik selama lima bulan oleh pria yang menurut sang ayah adalah pencari bakat. Namun, Supriyadi tak merestui hal itu karena orang tersebut berencana membawa sang putri keluar Bali "Ya bagaimana, bukan menghambat karirnya, tapi saya tidak bisa jauh dari dia. Biar dia selalu bersama saya," ujarnya.

Jika tak ada job manggung, Nia membantu ayahnya merawat bunga yang merupakan usaha yang ditekuni ayahnya sejak beberapa tahun lalu. Tak hanya piawai mengolah suara, Nia rupanya juga jago bermain piano. "Kalau dari pendapatan manggungnya, kalau dihitung-hitung sudah banyak sekali. Semua dibelikan segala sesuatu kebutuhan Nia seperti alat musik dan baju-baju untuk dia," papar Supriyadi.

Soal bagaimana Nia bisa bernyanyi dangdut, ia memulainya dari proses alamiah. "Saya belajar dari suara DVD tetangga yang sering memutar lagu dangdut. Dari sana saya pelajari bagaimana cara bernyanyi dan cengkok dangdut. Alhamdulillah bapak dapat rejeki bisa beli DVD dan setiap hari bapak yang ngajarin saya bernyanyi. Nanti bapak bacain liriknya diajarkan kepada saya. Kalau sudah hapal nanti dicoba dengan iringanmusic di DVD," kata Nia.

Sementara itu, dengan polosnya gadis 15 tahun itu menyampaikan alasannya ikut audisi dangdut yang diadakan oleh Indosiar tersebut. "Saya ingin membahagiakan kedua orang tua saya dan bis apunya biaya untukberobat mata," ujar gadis kelahiran 31 Desember 2002 tersebut. (Dewi Divianta)