Sukses

6 Cerita Princess Disney Ini Ajarkan Perjuangan dalam Hidup

Tak semua cerita Princess Disney hanya menghadirkan kisah cinta saja, tapi juga pelajaran berharga. Apa sajakah itu?

Liputan6.com, Jakarta Princess Disney yang terdiri dari putri-putri negeri dongeng besutan Disney seolah menjadi cerita wajib bagi anak-anak di dunia. Bahkan, beberapa dari mereka seolah tumbuh bersama Princess Disney.

Kemampuaan film yang melukiskan gambar hidup dan suara menjadikan daya tarik tersendiri. Selama beberapa dekade, Disney terus berinovasi dalam mengembangkan cerita dari karakter Princess. Mulai dari Cinderella, Snow White, Aurora, Belle hingga Putri Jasmine memberikan mimpi tersendiri bagi anak-anak perempuan.

Namun ada yang perlu diketahui, film seolah menjadi gambaran gaya hidup, hingga potret masyarakat pada suatu zaman. Hal itu juga terlihat dalam karakter film Disney yang tampak mengikuti zaman.

Di era awal Princess Disney, anak-anak disuguhkan dengan kisah hidup seorang putri. Awalnya, para Princess Disney memiliki kehidupan yang bahagia. Namun rupanya sebuah masalah dan kehadiran musuh, membuat para Princess kewalahan hingga menyebabkan mereka perlu pertolongan.

Akhirnya, kehadiran para pangeran berjubah besi dengan mengendarai kuda seolah menjadi angin segar, siap membantu Princess Disney yang tampak lemah dan tak berdaya. Akhirnya, Princess Disney ini pun berhasil hidup bahagia, menikah dengan para pangeran tersebut.

2 dari 7 halaman

Tunjukkan Kemampuan dalam Diri

Dalam beberapa cerita di era Princess Disney pertama, terlihat gambaran Cinderella, Snow White, Aurora dalam Sleeping Beauty, hingga Belle di Sleeping Beauty, yang tampak cantik dan anggun. Dalam beberapa film juga terlihat mereka seolah pasrah, menanti keajaiban yang datang untuk mengubah hidup.

Namun Princess Disney di era modern tampak berbeda. Beberapa karakter Princess Disney di era modern, Rapunzel, Tiana dalam The Princess and the Frog, Elsa dalam Frozen hingga Brave menampilkan suatu perubahan, menggambarkan wanita masa kini yang digambarkan lebih berani.

Lihat saja, Rapunzel yang tak pernah keluar rumah--harus dikurung di menara--tetap unjuk gigi, berani menghadapi perampok. Lalu, ada Tiana yang berubah menjadi kodok, bersama sang pangeran bertualang mencari penawar kutukannya.

Bahkan, masih ada Merida dalam Brave yang membawa ibunya yang tersihir menjadi beruang ke hutan, mencari penawar. Merida bahkan harus menghadapi sosok ibunya yang mulai berubah ganas.

Sosok para Princess yang lebih berani menunjukkan wanita di era modern yang lebih terbuka. Bahkan, tak malu lagi mengungkapkan kemampuannya.

3 dari 7 halaman

Tak Egois

Princess Disney di era modern tak hanya bercerita mengenai kehadiran pangeran berhubah dan berkuda yang akan menyelamatkanya. Para Princess justru lebih memikirkan orang lain yang berharga dalam hidup mereka, seperti orangtua.

Dilansir dari Guardian.co.uk, Merida dalam Brave seolah menjadi tonggak kemunculan Princess Disney yang dianggap tidak egois. Merida berusaha menyelamatkan ibunya yang tersihir menjadi beruang.

Lalu, Alice dalam Alice Through the Looking Glass mengisahkan tentang perjalanan Alice yang menyelamatkan sahabatnya, Mad Hatter yang ditawan

4 dari 7 halaman

Bisa Jadi Pahlawan

Tak perlu menggunakan kekuatan untuk menjadi pahlawan. Lihat saja, Rapunzel yang menggunakan wajah untuk memukul pencuri. Hal itu yang mau ditunjukkan Princess Disney di era modern, menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri.

"Dengan film Brave, Rapunzel, dan Frozen, Disney membuat para Princess bisa menjadi pahlawan. Akhirnya, terlihat para Princess ini menjadi sorotan sebagai tulang punggung," ujar Melissa Silverstein, diwartakan The Huffington Post.

"Dengan pembaruan di karakter Disney, menunjukkan wanita dan pria memiliki porsi yang sama di masyarakat. Hal ini yang tak terlihat dalam Disney beberapa dekade lalu," Melissa Silverstein menambahkan.

5 dari 7 halaman

Mengeluarkan Pendapat dengan Bebas

Princess Disney di era modern disebut-sebut terinpirasi dari gerakan feminisme generasi keempat. Dalam film Alice dan Sleeping Beauty, yang dirilis 2014 silam, para Princess seolah lebih bebas bersuara, tak terkekang dengan paradigma masyarakat mengenai `wanita tidak boleh berbicara`.

"Princess Disney di era modren mengajarkan anak-anak untuk bebas mengeluarkan pendapat. Mereka juga akan dianggap sebagai contoh baik untuk tak takut akan adanya perubahan," sebut Suzanne Todd, produser film Alice in the Wonderland dan Alice Through the Looking Glass, diwartakan The Telegraph.

"Akan sangat membanggakan bisa menciptakan karakter yang membuat penonton sangat bangga. Bahkan, bisa menjadi contoh yang diikuti anak-anak di luar sana," Suzanne Todd menambahkan.

6 dari 7 halaman

Bisa Meraih Impian

Film animasi Beauty and the Beast yang rilis 1991 silam--dengan karakter utamanya Belle--putri seorang penemu sekaligus pedagang yang sering berkeliling ke wilayah lain, memiliki rasa berbeda dalam live action yang diperankan Emma Watson.

Dalam Beauty and the Beast, Belle yang digambarkan sebagai sosok yang cantik--dari ras Kaukasia--dengan kulit putih dan rambut coklat. Belle digambarkan sebagai sosok wanita yang cerdas dan kuat.

Bahkan, Belle (live action) justru yang diceritakan sebagai seorang penemu. Dalam bocoran, Belle berhasil menciptakan mesin cuci--di zamannya tentu saja terlihat aneh--tapi sangat berguna. Belle yang kutu buku dipandang aneh oleh orang lain, termasuk kakak-kakak Belle (dalam novel aslinya karangan Grimm Brothers).

7 dari 7 halaman

Tak Kenal Takut

Sosok Moana sebagai wanita yang tak kenal takut. Di film ini, tak ada sosok pangeran, hanya ada Maui, pria setengah dewa yang menemani Moana melakukan perjalanan dan petualangan.

Menurut sang kepala suku, hidup mereka telah digenapi oleh segala hasil kebun di pulau. Tak perlu menyusuri laut yang penuh dengan bahaya. Namun, satu waktu malapetaka hadir di pulau mereka.

Membangkang dari perintah ayahnya, Moana kemudian nekat berlayar di laut lepas.Tak hanya memenuhi panggilan jiwanya, ia juga meminta bantuan pada manusia setengah dewa bernama Maui yang kini hidup terasing untuk mengembalikan jantung Te Fiti. Padahal, sebagai anak kepala suku, Moana bisa saja mendapatkan kenyamanan. Tapi Moana memilih bertaruh nyawa demi menyelamatkan sukunya.