Liputan6.com, Boyolali - Bagi Faisal Amir, Europe adalah cinta mati. Dia mulai mengenal grup asal Swedia itu di usia belasan, saat masih duduk di bangku SMP. "Lagu Superstitious adalah favorit gue sejak dulu," ujar Faisal, yang kini bekerja di bidang perbankan.
Saking cintanya, Faisal tak mau melewatkan saat Joey Tempest dan kawan-kawan datang ke Tanah Air untuk pertama kalinya. Padahal, untuk itu dia harus menabung dari uang jajannya selama dua bulan!
Faisal beruntung, karena pada Hari H, dia mendapat kesempatan berfoto bersama para personel Europe. Itu terjadi 28 tahun lalu, tepatnya November 1990.
Advertisement
Baca Juga
Kini, saat Europe kembali ke Indonesia dan tampil di Volcano Rock Festival di Boyolali, Sabtu (12/5), Faisal sekali lagi tak mau melewatkannya. Kesibukan di kantornya bukanlah hal sulit untuk dia siasati agar bisa hadir di Boyolali.
Deja Vu! Di Gedung Putih Kantor Bupati Boyolali, pria yang kerap mengenakan topi bisa kembali berfoto bersama vokalis idolanya, Joey Tempest. Padahal, awalnya dia mengaku sudah patah arang lantaran baru tiba di lokasi selesai jumpa pers Volcano Rock Festival berakhir, Jumat.
Namun, keberuntungan itu datang saat Joey Tempest dan kawan-kawan hendak meninggalkan lokasi. Tempest justru berjalan menghampiri Faisal. Dan, tanpa pikir panjang Faisal pun mengajak Tempest berfoto bersama, persis 28 tahun lalu. "Hampir gila gue ngejar Joey,... ha,ha,ha," ujarnya, semringah.
Menempuh Perjalanan 8 Jam
Faisal tentu tak sendiri. Banyak "Faisal" lainnya, yang menyempatkan diri hadir di Boyolali untuk kembali menyaksikan Europe beraksi. Mereka datang dari berbagai kota, tak hanya Jakarta.
Ada yang menumpang pesawat seperti Faisal. Ada juga yang datang menggunakan mobil pribadi, bahkan sepeda motor dari Jakarta! Ada juga yang datang bersama dengan komunitas mereka. Sebut saja Bon Jovi Indonesia (BJI) atau Indonesian Bloodbrothers.
Begitu juga dengan pecinta glam rock yang tergabung di komunitas Glam Rock Community Indonesia (GRCI). Dari Jakarta, rombongan GRCI yang berjumlah lebih dari 20 orang, dengan penuh semangat menuju Kota Susu.
Mereka datang menumpang kereta api. Berangkat dari Stasiun Pasar Senen, Jumat (11/5) pukul 17.00 WIB dan tiba di Stasiun Solo Jebres, Sabtu dinihari WIB pukul 02.30 WIB.
Dari Stasiun Solo Jebres, mereka masih harus menumpang kendaraan umum dan menempuh perjalanan selama sekitar setengah jam.
Namun, perjalanan panjang selama di kereta api itu sama sekali tak membuat mereka susah. Justru mereka nikmati: Mereka bercanda, makan bersama, berdiskusi, serta tentu saja membicarakan Joey Tempest dan kawan-kawan.
Mereka jadi lebih mengenal satu sama lain. Tali persahabatan pun semakin erat, guyub.
Advertisement
Disiapkan Rapi
Hebatnya, "tur Boyolali" ini tak serta-merta terjadi. Para admin GRCI mempersiapkan keberangkatan mereka dengan cukup rapi.
"Sekitar dua bulan sebelum Hari H, kami bahkan membentuk panitia kecil untuk mengurus keberangkatan kami ke Boyolali, terutama terkait pemesanan tiket kereta api," ujar Budi Putra, sang founder GRCI.
Sementara untuk tempat bermalam di Boyolali, mereka mendapat bantuan dari anggota GRCI lainnya, untuk tinggal di rumah orang tuanya."Senang bisa menampung kawan-kawan semua di sini. Karena rock n roll itu intinya persaudaraan, persahabatan," ujar Adi Sulistyanto, sang empunya rumah.
Dan, malam itu, di Stadion Pandan Arang, akhirnya mereka berpesta, mendapatkan harapan yang mereka bawa dari Jakarta.
Penampilan menawan dari Europe, dibuka dengan performa ciamik God Bless menjadikan "tur Boyolali" ala GRCI berakhir klimaks.
Apalagi, di rumput Pandan Arang, mereka juga bisa berkumpul dengan komunitas-komunitas lainnya serta pribadi-pribadi yang punya interest sama: rock n roll. Mirip seperti syair lagu "Rock the Night" yang juga dibawakan Europe malam itu:
Rock now, rock the night....You'd better believe it's right....
Saksikan video pilihan di bawah ini
Â