Liputan6.com, Jakarta - Kemampuan Adisurya Abdy sebagai sutradara, kembali terlihat melalui film terbarunya, Stadhuis Schandaal. Film ini akan berbeda dari karya Adisurya Abdy sebelumnya karena kali ini ia memanfaatkan teknologi CGI (Computer Generated Imagery).
Meskipun beberapa film Indonesia sempat menggunakan teknologi CGI, Stadhuis Schandaal tetap menjadi terobosan baru. Pasalnya ini menjadi yang pertama film Indonesia bertema sejarah menggunakan teknologi itu.
Advertisement
Baca Juga
Adisurya Abdy turut mengakui bahwa penggunaan teknologi CGI di Stadhuis Schandaal sangat membantu agar film tersebut bisa dinikmati oleh penonton generasi masa kini alias kaum milenial.
"Di produksi film saya berjudul Stadhuis Schandaal, saya berusaha maksimal baik dari unsur cerita dan teknologi. Karena hasrat dan selera penonton terus berubah. Ketika film memasuki zaman milenial, kami juga hadir di era kekinian," kata Adisurya Abdy ditemui pewarta di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Senin (9/7/2018).
Pendekatan Masa Kini
Stadhuis Schandaal mengangkat nilai sejarah dengan pendekatan masa kini yang dibuat dengan cara modern. Menurut Adisurya Abdy, cara ini juga bisa membantu para penonton dari generasi milenial bisa mengerti sejarah.
"Kelemahan film kita adalah mengangkat kisah nyata sejarah tapi tidak dalam wujud kekinian, dalam artian memakai format pendekatan hiburan dan pop," kata Adisurya memperkuat filmnya.
"Kalau kita bicara sejarah tempo dulu, maka mereka tidak paham. Filmlah yang memiliki ruang dan alat untuk memberi tahu mereka, apa dan siapa yang pernah terjadi di negeri ini. Caranya ikuti selera milenial," lanjutnya.
Advertisement
Sinopsis
Film Stadhuis Schandaal mengisahkan tentang Fei (Amanda Rigby), seorang mahasiswi Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang sedang mengerjakan tugas kampus mengenai The Old Batavia.
Saat mencari bahan dan riset di kawasan Kota Tua Jakarta, ia merasa diperhatikan seorang gadis keturunan Belanda dan Jepang yang kemudian dikenal sebagai Saartje Specx alias Sarah (Tara Adia).
Sarah kemudian menghilang dari pandangan Fei saat dering telepon berbunyi. Pertemuan Fei dengan Sarah membuat ia tidak dapat menghilangkan pertanyaan dalam pikiran siapa sosok wanita yang memperhatikannya di Museum Fatahillah yang dulu bernama Stadhuis itu.
Dua Waktu
Ada dua kurun waktu yang ditampilkan dalam film terbaru karya Adisurya Abdy ini, yakni setting zaman kolonial pada abad ke-16 dan masa kini (modern). Tidak hanya menyutradarai, Adisurya juga menulis skenario film yang mengambil lokasi pengambilan gambar di Jakarta, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan Shanghai, Tiongkok. Film ini rencananya akan diputar di bioskop Tanah Air pada pertengahan tahun 2018.
Advertisement