Sukses

Ada Wiro Sableng pada Kampanye Anti Pembajakan Film di Indonesia

Banyaknya film Indonesia yang sedang maupun akan tayang di bioskop, salah satunya Wiro Sableng, membuat takut para industri kreatif.

Liputan6.com, Jakarta - Maraknya pembajakan masih jadi momok menakutkan bagi industri kreatif di Indonesia. Apalagi saat ini banyak film Indonesia yang sedang maupun akan tayang, salah satunya film Wiro Sableng.

Untuk itu, Lala Timothy, selaku produser film Wiro Sableng ini antusias ikut kampanye pembajakan. Menurutnya, tokoh Wiro Sableng yang identik dengan pendekar cocok untuk memerangi isu pembajakan.

"Kita enggak menakuti, tapi dengan pendekatan komedi. Apalagi akhir bulan ini akan rilis Wiro Sableng, makin cocok karena Wiro itu pendekar dan siap melawan pembajakan," tutur Lala Timothy, di XXI Lounge Plaza Indonesia, Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (7/8/2018).

Guna meminimalisir pembajakan, Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) dan beberapa instansi terkait seperti Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Motion Pictures Assosiation (MPA), dan jaringan bioskop yang ada di Indonesia bersatu untuk mengampanyekan anti pembajakan film dengan membuat sebuah video mengenakan karakter ikonik, Wiro Sableng.

 

2 dari 3 halaman

Duta Anti Pembajakan Film di Indonesia

Video tersebut diperankan oleh Vino G. Bastian, Fariz Alfarizi, dan Jessica Veranda, dan akan diputar saat film akan berlangsung. 

Diakui Vino G. Bastian, dirinya senang dilibatkan sebagai salah satu duta anti pembajakan film di Indonesia. Ia pun merasakan pembajakan sudah lama menjadi hantu bagi industri kreatif di Indonesia.

"Senang saya bisa jadi duta pembajakan. Gemes juga ngomonginnya. Karena beberapa kali film saya mengalami pembajakan, ayah saya juga bukunya dibajak, jadi ini kesempatan untuk saya bisa bertindak lebih luas lagi. Saya sebagai aktor hanya mewakili semua pekerja film jika pembajakan itu bukan hanya merugikan industrinya, tapi kita juga," lanjut Vino G. Bastian. 

3 dari 3 halaman

Kerugian Mencapai Rp 1,4 Triliun

Dalam satu tahun terakhir, jumlah kerugian akibat maraknya pembajakan film-film yang beredar di Indonesia menyentuh angka Rp 1,4 Triliun. Angka ini khusus untuk perfilman Tanah Air.

Data tersebut diperoleh APROFI setelah melakukan penelitian di empat kota besar di Indonesia. Angka tersebut bisa semakin bertambah dan menyentuh angka Rp 5 Triliun jika diakumulasikan secara nasional.

"Kita mulai dari akhir tahun lalu melakukan penelitian di empat kota untuk mencari dampak pembajakan. Diketahui Indonesia mengalami kerugian Rp 1,4 triliun setahun, itu dari penelitian. Kalau secara nasional Rp 5 triliun," ucap Ketua Umum APROFI, Fauzan Zidni.(Rivan/bintang.com)