Sukses

Latisa Shafa Naraswari, Romansa Pahit Berakhir Menjadi Buku Puisi Indah

Latisa Shafa Naraswari, sudah menyadari dirinya menyukai ilmu seni sejak duduk di bangku 1 SMP.

Liputan6.com, Jakarta - Biasanya perempuan belia belasan tahun belum menemukan passion. Tapi tidak bagi Latisa Shafa Naraswari. Di usianya yang masih 15 tahun, ia sudah piawai membuat puisi dan prosa, bahkan menggunakan bahasa Inggris.

Dara kelahiran 23 Maret 2003 ini sedang membuat buku kumpulan dari puisi dan prosa fiksi maupun pengalaman pribadi berjudul Drifting Away. Latisa Shafa Naraswari sudah menyadari dirinya menyukai ilmu seni sejak duduk di bangku kelas 1 SMP.

"Aku sangat suka semua hal tentang seni. Enggak cuma nulis, tapi juga gambar dan musik," ucapnya saat berbincang dengan para pewarta, Kamis (24/8/2018).

Alasan Latisa Shafa Naraswari menulis dengan bahasa Inggris karena ia tidak begitu lancar berbahasa Indonesia. Apalagi, ia sekolah internasional di Unisadhuguna International College (UIC).

2 dari 3 halaman

Menggambarkan Isi Buku

Nah, judul Drifting Away dipilih Latisa karena menggambarkan isi buku tersebut. Di mana perasaannya seolah terombang-ambing oleh ombak besar di lautan.

Cerita fiksi yang diadopsi oleh Latisa adalah imajinasinya tentang apapun yang dilihat, dirasakan, dan didengar. Sedangkan kisah nyatanya adalah kegalauan peristiwa romansanya yang harus ditelan pahit.

"Iya itu aku galau banget. Padahal sudah satu setengah tahun pacaran. Tapi mamanya dia, baru minta mantan aku untuk putusin aku. Itu drama banget sih ceritanya," jelas Latisa.

3 dari 3 halaman

Air Mata Pembaca

Karena berdasarkan apa yang dialami gadis bertubuh feminin ini, puisi tersebut sukses membuat air mata si pembaca pecah. Seperti sang ibu, teman, maupun saudaranya yang sudah membaca puisi garapannya, mereka masuk ke fantasi indah yang diciptakan Latisa.

Pada awalnya ia tidak berhasrat untuk menuangkan - sekitar 100 lebih - kumpulan puisi itu dalam sebuah buku. Namun karena respons yang sudah membaca dan dukungan orangtua, Latisa akhirnya berpikir tidak ada salahnya untuk itu.

"Mereka bilang kenapa enggak dijadiin buku saja? Terus aku pikir, oh iya juga ya. Terbitnya kemungkinan dua bulan lagi publisher-nya Coconut Book. Selain cetak fisik, ada juga versi digitalnya," pungkas Latisa.