Liputan6.com, Jakarta - Kabar baik bagi para musisi independen Indonesia. Saat ini, para pelaku musik sidestream telah memiliki sebuah wadah baru untuk musik mereka, yaitu Gara Gara Musik.
Gara Gara Musik (GGM) menjadi medium para musisi indie bertukar pesan lewat berbagai genrenya, untuk menjadi suatu karya yang lebih universal. Lewat medium Gara Gara Musik ini lah, para musisi indie lintas genre saling memperdengarkan pesan yang mereka bawa.
Hal itu terbukti lewat 12 kelompok (solo, duo, grup, dan instrumental) yang merayakan karya mereka secara bersamaan dalam helatan Release Day Gara Gara Musik, Jumat (31/8/2018) di Paviliun 28, Jakarta Selatan.
Advertisement
Baca Juga
Fia dan Gabriel Mayo merupakan dua orang di balik kerja kolektif ini. Keduanya menjelaskan motif di balik dibuatnya Gara Gara Musik ini.
Â
* Saksikan keseruan Upacara Penutupan Asian Games 2018 dan kejutan menarik Closing Ceremony Asian Games 2018 dengan memantau Jadwal Penutupan Asian Games 2018 serta artikel menarik lainnya di sini.
Simak juga video menarik berikut ini:
Wadah
“Gara Gara Musik ini memang menjadi wadah, dan ternyata sekarang makin ramai, antusiasnya makin tinggi. Banyak yang pengin belajar dan saling bertemu. Tujuannya memang itu, mempertemukan dan saling berbagi ilmu para musisi lintas genre, lintas generasi dan juga membangun network," ujar Fia, selaku sang penggagas.
Â
Advertisement
Ruang
Sementara itu, Nia Samantha selaku program director Paviliun 28, menyambut baik niatan para penggagas tersebut. Pavilun 28 menjadi ruang bagi musisi-musisi indie untuk berekspresi.
Fia dan Gabriel Mayo sebagai inisiator, konseptor dan juga moderator Gara Gara Musik membuat workshop rutin bersama Paviliun 28, di mana workshop berjalan satu bulan sekali dengan tema seputar industri musik yang tiap bulan temanya berbeda-beda, juga dengan narasumber yang berbeda-beda tiap bulannya.
Gara Gara Musik jadi tempat para musisi indie untuk bertemu, berbagi dan belajar seputar industri musik yang lahir atau dimulai sejak November 2017.