Liputan6.com, Jakarta - Ray Sahetapy berduka dengan gempa yang mengguncang Palu, Sulawesi Tengah, berkekuatan 7,7 SR. Terlebih setelah terjadi gempa, disusul dengan tsunami yang menelan ratusan korban jiwa di Palu dan Donggala.
Meski awalnya sempat panik, namun Ray Sahetapy beruntung tak satupun keluarganya yang menjadi korban bencana alam tersebut. Ia baru bisa menghubungi keluarganya di Palu setelah beberapa jam gempa dan tsunami terjadi.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi setelah melewati keadaan panik dan mencekam di sana, saya tanyakan kabar keluarga saya. Alhamdulillah, mereka baik-baik saja. Tapi ya tetap, ketika kejadian atau peristiwa itu terjadi, mereka semua sangat panik," kata Ray Sahetapy ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin (1/10/2018).
Meski tak satu pun keluarganya yang menjadi korban jiwa, tetapi adiknya hampir saja tergulung tsunami. Ia berhasil selamat dari gelombang tsunami yang tingginya hampir mencapai 2 meter.
Dikejar Gelombang
"Jadi adik saya bernama Emil cerita, dia seperti di film. Dia dikejar oleh gelombang atau ombak tsunami. Dia berlari secepat mungkin, kemudian dia lelah. Untungnya, temannya mencoba membawanya ke ketinggian," cerita Ray Sahetapy.
Advertisement
Terjebak di Gereja
Tak hanya itu, adiknya yang lain juga sempat terjebak di dalam gereja saat gempa berlangsung. Beruntungnya gereja itu tak roboh seperti bangunan lainnya.
"Adik saya terjebak di gereja. Semua masyarakat sudah keluar, tapi dia masih di gereja. Saya dijelaskan bahwa keadaan semuanya panik sekali," ungkapnya.
"Tapi alhamdulillah mereka semua selamat. Saya dapat kabar, setelah mereka semua sudah berkumpul dan sedang melakukan pengecekan kabar keluarga yang lainnya," ia mengakhiri.