Liputan6.com, Jakarta - Konser Jikustik Reunian bukan sekadar ajang nostalgia personel awal grup band asal Yogyakarta ini dan para penggemarnya. Lebih dari itu, konser ini sarat nilai yang dipahami oleh Pongki dkk untuk berdamai dengan masa lalu mereka.
Tidak mudah bagi Rajawali Indonesia selaku promotor dalam menyatukan Pongki (vokal dan gitar), Icha (bass dan vokal), Adit (keyboard), Carlo (drum), dan Dadi (gitar) dalam satu panggung lagi. Butuh waktu tiga tahun bagi CEO Rajawali Indonesia, Anas Syahrul Alimi, dalam menyatukan Jikustik untuk pertama kalinya di atas panggung setelah satu dasawarsa sang vokalis dan basis hengkang.
Advertisement
Baca Juga
"Sebenarnya tawaran reuni dengan Jikustik secara pribadi pernah saya terima dari beberapa promotor sejak lima tahun lalu, tetapi tidak pernah saya sanggupi," ujar Pongki dalam jumpa pers di Yogyakarta, Kamis (28/3/2019).
Ia menyanggupi permintaan Anas karena menyodorkan konsep yang selama ini belum pernah didapatkannya. Konsep rekonsiliasi dipandang Pongki mewakili kegelisahannya selama ini.
Memperbaiki Hubungan
Ia merasa perlu memperbaiki hubungan dengan teman-temannya karena pernah meninggalkan band yang membesarkan namanya.
"Ini alasan yang tepat bagi saya untuk secara pribadi mengajarkan kepada anak-anak saya bahwa ayahnya berani berekonsiliasi, berdamai dengan diri dan teman-teman di masa lalu," kata Pongki.
Menurut Pongki, supaya terjadi rekonsiliasi perlu ada langkah. Oleh karena itu, ia memberanikan diri membuat grup WhatsApp dan mengundang teman-teman lamanya di Jikustik untuk bergabung dan membahas rencana konser.
Ia mengaku, perlu keberanian besar untuk membuat grup WhatsApp karena latar belakang perpisahan masa lalu mereka tidak cukup baik. Pongki merasa harus mengalahkan diri sendiri supaya bisa terhubung lagi dengan teman-teman lamanya.
"Saat saya bikin grup, Icha sempat menelepon saya karena tidak percaya," ucapnya.
Advertisement
Mimpi Icha
Icha juga memiliki pengalaman serupa dengan Pongki. Ia mengakui, pengunduran dirinya dari Jikustik kala itu karena bermasalah dengan Dadi.
"Saat itu saya punya masalah dengan Dadi, tetapi Carlo dan Adit juga jadi sulit saya hubungi," tuturnya.
Icha menilai selama ia tinggal di Samarinda, tidak pernah melupakan Jikustik. Bahkan, ia kerap menceritakan soal eksistensinya di Jikustik kepada anak-anaknya.
"Saya cerita kalau mereka (personel Jikustik) adalah teman papa, untuk konser ini juga saya mengajak anak-anak saya biar mereka melihat sendiri," kata Icha.
Ia punya mimpi suatu saat bisa bertemu kembali dalam satu panggung selagi mereka masih diberi kesempatan dan umur panjang.
"Setidaknya satu kali saja bisa bermain bersama lagi," kata Icha.
Dadi mengungkapkan ikatan Jikustik formasi awal sangat kuat. Perpisahan personel diakuinya membuat masing-masing orang bisa melanjutkan hidup.
"Tetapi ternyata kami membawa ketidaktenangan dan saat ini waktunya saya menjadi lebih baik," ucap Dadi.
(Switzy Sabandar)