Sukses

Bukan Horor, Lukman Sardi Prediksi Genre Film Ini Akan Meledak

Lukman Sardi menilai adanya pergeseran tren film di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak film Danur I Can See Ghosts dan Pengabdi Setan memuncaki tangga box office, sejumlah produser beramai-ramai memproduksi film horor. Lukman Sardi membenarkan hal itu. Seperti diketahui, Danur I Can See Ghosts meraup 2,7 juta penonton, sementara Pengabdi Setan menjadi film terlaris tahun 2017 dengan 4,2 juta penonton.

Lukman Sardi sendiri pada tahun yang sama membintangi Jailangkung yang ditonton 2,5 juta orang. Namun menurut Lukman Sardi, tahun ini genre horor tak lagi jadi favorit.

“Tahun ini genre horor masih akan diproduksi tapi menurut saya tren bergeser. Itu dimulai ketika awal tahun ini film Keluarga Cemara meledak di pasar, ditonton 1,7 juta orang. Setelah itu ada Preman Pensiun dan Orang Kaya Baru yang juga ditonton sejuta orang,” ulas Lukman Sardi kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, pekan ini.

"Perlahan tren film Indonesia bergeser ke drama dengan tema keluarga. Tren ini menguat dan harus dibuktikan hingga akhir tahun nanti," imbuhnya.

Lukman Sardi sendiri saat ini tengah syuting film Ainun yang merupakan bagian dari Habibie & Ainun dan Rudy Habibie yang sukses di bioskop. Selain membintang Ainun, Lukman Sardi dijadwalkan syuting dua film lain.

2 dari 3 halaman

Tak Ingin Dirilis Berbarengan

Selain mencetak box office kembali, Lukman Sardi berharap ketiga film barunya tidak dirilis berbarengan. Kalau boleh berharap, ketiga film ini dirilis di bulan berbeda. Harapan ini disertai alasan khusus.

“Saya pernah merilis tiga film di minggu yang sama, pada tahun 2017. Yang saya rasakan bukannya happy malah pusing. Ini enggak sehat,” Lukman Sardi bercerita.

3 dari 3 halaman

Bantu Promosi

Bintang film Laskar Pelangi ini menambahkan, “Tugas seorang aktor tidak hanya syuting. Menjelang perilisan film, ia harus mempromosikan film agar masyarakat tahu. Merilis tiga film dalam sepekan membuat saya memutar otak dan membagi waktu sama rata. Saya tidak mungkin mementingkan film yang satu dan menomorduakan film lainnya.” (Wayan Diananto)