Liputan6.com, Jakarta - Sering kali kita menjadikan penyakit sebagai bahan lelucon ketika mengobrol dengan sahabat atau rekan kerja. Putri Ayudya sering mendengar dan mengalaminya. Misalnya ujaran, “Ah dasar autis, lho. Main ponsel melulu.” Atau celetukan, “Ya ampun manis banget kuenya, gue bisa diabetes, nih!”
Sepintas hal itu terdengar sepele, namun saat itu didengar oleh orang yang hidup dengan diabetes atau autisme, menurut Putri Ayudya, itu bisa jadi menyinggung perasaan mereka.
Pendapat itu disampaikan Putri Ayudya ketika memperkenalkan film terbarunya Down Swan di Jakarta, pekan ini. “Menurut saya, bercanda dengan menggunakan penyakit atau sindrom tertentu sudah enggak zamannya lagi. Kuno. Kalau kita membahas sindrom down atau autisme dalam konteks diskusi, tidak untuk mencela maupun menyerang, enggak apa-apa,” Putri Ayudya berpendapat.
Advertisement
Baca Juga
Bagi Putri Ayudya, gaya bercanda seseorang bisa mencerminkan selera humornya. Dalam bercanda, kata dia, seseorang patut mempertimbangkan perasaan orang lain. Menjadikan sindrom down atau penyakit lain sebagai bahan lelucon, merupakan perbuatan yang kurang sensitif. Di sisi lain, mereka yang menjadikan ini sebagai lelucon bisa jadi patut dikasihani.
“Menghina orang lain lewat candaan, bisa jadi sebuah mekanisme pertahanan terhadap sesuatu yang tidak ia ketahui dengan detail. Orang seperti ini dan juga tukang bully patut dikasihani,” terang Putri Ayudya dalam wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com.
Bintangi Down Swan
Pada akhirnya, dalam berkomunikasi bahkan bercanda sekalipun dibutuhkan etiket dan empati kepada orang lain. Putri Ayudya sendiri tengah sibuk mempromosikan film terbaru Down Swan. Ada tiga alasan mengapa ia mau membintangi film ini bersama Ariyo Wahab.
“Pertama, film dengan tema disabilitas belum banyak. Kedua, lewat film ini saya ingin mendobrak stigma tentang sindrom Down. Ketiga dan tak kalah penting, saya jatuh cinta dengan naskahnya,” pungkas Putri Ayudya. (Wayan Diananto)
Advertisement