Liputan6.com, Jakarta - Jumlah film Indonesia yang diproduksi setiap tahun terus meningkat. Genrenya pun makin bervarisi. Pekan ini, perwakilan Tim Papua Berkati Indonesia, yakni Izaak Wondiwoy, Martha Limahelu, Deborah Caroline, dan Yudhi Purwanto Harijono memperkenalkan proyek layar lebar terbaru Mansinam: Man Is Man.
Mansinam: Man Is Man merupakan film aksi petualangan berbasis sejarah peradaban masyarakat Papua yang diawali dengan datangnya dua misionaris asal Jerman: Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler.
“Mansinam: Man Is Man akan menggambarkan jati diri Tanah Papua yang kemudian dikenal sebagai Tanah Injil. Ini bukan film religi melainkan menggambarkan proses terbentuknya peradaban Papua hingga dikenal seperti sekarang ini,” terang Martha Limahelu dalam wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com.
Advertisement
Baca Juga
Untuk mewujudkan proyek Mansinam: Man Is Man, Tim Papua Berkati Indonesia bekerja sama dengan para sineas Hollywood. Martha menjelaskan, pihaknya sedang menjajaki dan membuat beberapa kesepakatan dengan sejumlah rumah produksi Hollywood. Tim ini juga sedang bernegosiasi dengan agen Denzel Washington dan Dennis Quaid.
“Alasannya, wajah dan postur mereka dekat sekaligus cocok dengan masyarakat Papua. Selain itu kami akan merekrut para seniman Papua maupun Papua Barat,” Martha menukas.
Dennis Quaid dikenal masyarakat Indonesia lewat film The Day After Tomorrow dan G.I. Joe: The Rise of Cobra. Sepanjang kariernya, Dennis Quaid meraih dua nominasi di ajang Golden Globes. Sementara Denzel Washington salah satu aktor dengan karier sempurna. Selain melahirkan film box office The Equalizer, ia telah menang dua Piala Oscar Aktor Terbaik (A Training Day, 2001) dan Aktor Pendukung Terbaik (Glory, 1989).
Christine Hakim dan Bujet Rp 1 Triliun
Selain melirik aktor-aktor Hollywood, film Mansinam: Man Is Man berencana meminang beberapa bintang film Indonesia. “Tentu saja nanti ada beberapa pemain Indonesia yang kami rekomendasikan, tapi pihak Hollywood yang akan menyeleksi dan menyetujui. Kan mereka lebih berpengalaman,” terang Yudhi Purwanto Harijono yang ditemui di Jakarta, Minggu (12/5/2019).
Kalau boleh bermimpi, Yudhi dan kawan-kawan akan merekomendasikan Christine Hakim. Reputasinya sebagai diva layar lebar sekaligus kolektor delapan Piala Citra tak terbantahkan. Selain itu, Christine Hakim pernah mendampingi Julia Roberts di film Eat, Pray, Love.
“Ini akan menjadi film Indonesia dengan bujet produksi terbesar dalam sejarah. Biaya produksi film ini 80 sampai 100 juta dolar AS, atau sekitar 1 triliun rupiah lebih,” pungkas Yudhi. (Wayan Diananto)
Advertisement