Sukses

Penjelasan Emilia Clarke Soal Game of Thrones Season 8 Episode 6

Game of Thrones Season 8 Episode 6 dan 5 menghadirkan twist besar soal nasib Daenerys Targaryen.

Liputan6.com, Los Angeles - (Peringatan: artikel ini memuat spoiler Game of Thrones Season 8 Episode 6)

Para penggemar Daenerys Targaryen dibuat kaget dengan jalan cerita Game of Thrones Season 8 Episode 6 dan 5. Pasalnya, dalam episode lima, sang Ibu Naga mengamuk dan membakar King's Landing.

Tak hanya itu, dalam Game of Thrones Season 8 Episode 6, Daenerys yang diperankan oleh Emilia Clarke akhirnya dibunuh oleh Jon Snow.

Dilansir dari Collider, Selasa (21/5/2019), dalam sebuah wawancara dengan New Yorker, Emilia Clarke mengatakan ia tak begitu suka dengan istilah "Mad Queen" yang disematkan kepada Daenerys setelah Game of Thrones Season 8 ditayangkan.

Emilia Clarke lantas menjelaskan, Daenerys mengambil langkah membakar King's Landing, terutama karena merasa kehilangan sosok yang disayanginya, Missandei dan Rhaegal.

"Aku tak ingin menunjukkan dia sebagai "orang gila", karena aku tak suka kata itu. Aku tak suka dipanggil "The Mad Queen" oleh penggemar. Dia [Daenerys] terlalu tenggelam dalam duka, dalam trauma, dalam luka," tuturnya.

2 dari 3 halaman

Tetap Membela

Emilia Clarke juga mencoba memahami pilihan Daenerys membakar King's Landing. "Kami ingin acara TV ini memberikan momen tentang pilihan dan sisi manusiawi. Tentang seseorang yang memutuskan melakukan sesuatu yang mereka tahu akan membahayakan dirinya, tapi mereka tetap melakukannya," tutur Emilia.

Meski tahu bahwa tindakan membakar kota yang menjatuhkan korban tak berdosa adalah hal yang salah, Emilia Clarke tetap akan membela Daenerys. "Di luar semua yang telah kukatakan...Aku tetap bersama Daenerys. Aku mendukungnya! Tidak bisa tidak," kata aktris 32 tahun ini.

 

3 dari 3 halaman

Sosok Naif

Emilia Clarke juga mengatakan dalam episode terakhir Game of Thrones, ia ingin menampilkan sosok Daenerys seperti dalam musim perdana.

"Aku ingin memperlihatkannya seperti di awal: muda, naif, kekanakan, terbuka, penuh cinta dan harapan. Aku ingin ini menjadi kenangan terakhir tentangnya," tutur Emilia.