Liputan6.com, Los Angeles - Film Aladdin telah diputar di jaringan bioskop Tanah Air sejak Rabu (22/5/2019) kemarin. Hari pertama penayangan, film ini berhasil menggandakan layar di sejumlah bioskop. Tak heran, mengingat Aladdin versi sineas Guy Ritchie ini merupakan versi live action dari animasi berjudul sama tahun 1992.
Animasi Aladdin kala itu diganjar dua Piala Oscar untuk Lagu Tema Film Terbaik dan Tata Musik Musikal Komedi Terbaik. Tak hanya sukses di ajang festival, Aladdin membukukan laba kotor US$ 504 juta atau sekitar Rp 7 triliun.Â
Advertisement
Baca Juga
Kini, Aladdin versi live action dibintangi Will Smith, Mena Massoud, Naomi Scott, dan Marwan Kenzari. Dengan biaya produksi US$ 183 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun, akankah Aladdin mampu melampaui pencapaian pendahulunya?
Sebelum menonton, simaklah lima fakta menarik dari lokasi syuting film Aladdin yang kami rangkum dari berbagai sumber.
Fakta Menarik Film Aladdin (1)
1. Bagian tersulit dari proses produksi film Aladdin adalah mencari pemeran Aladdin dan Putri Jasmine. Proses pencarian aktor dan aktris dilakukan lewat audisi terbuka selama empat bulan dengan melibatkan lebih dari 2 ribu peserta. Mena Massoud dan Naomi Scott terpilih karena memenuhi syarat, antara lain bisa berakting, bernyanyi, dan membangun chemistry yang kuat.
2. Awalnya pengisi suara lagu versi animasi, Gilbert Gottfried, digosipkan kembali mengisi suara karakter yang sama di versi live-action. Kabar ini tak terbukti. Aktor Alan Tudyk yang menggantikan. Ini berarti hanya Frank Welker yang kembali mengisi suara karakter yang sama dari versi animasinya, yaitu monyet Abu dan macan Rajah.
3. Adegan musikal Prince Ali melibatkan sekitar seribu penari dan figuran.
Â
Advertisement
Fakta Menarik Film Aladdin (2)
4. Ini kali kedua aktor Billy Magnussen mengisi peran di film live-action rilisan Walt Disney. Sebelumnya ia muncul di Into the Woods. Di Aladdin, ia berperan sebagai Prince Anders. Di Into The Woods, ia berperan sebagai Pangeran Rapunzel.
5. Awalnya Guy Ritchie berniat syuting di Maroko untuk set kota fiktif, Agrabah. Kemudian ia berubah pikiran dan menggunakan setting rekaan sendiri.
Â
(Wayan Diananto)