Liputan6.com, Jakarta Dua tahun lalu, rumah produksi Starvision Plus memeriahkan Lebaran di bioskop dengan Sweet 20 yang menyihir sejuta penonton lebih. Tahun ini, giliran Ghost Writer menyemarakkan Lebaran.
Ide cerita Ghost Writer berasal dari salah satu peserta kelas skenario Ernest Prakasa, Nonny Boenawan. Nonny mengembangkan naskahnya bersama Bene Dion Rajagukguk yang sukses lewat Suzzanna Bernapas Dalam Kubur dan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss part 1 dan 2.
Advertisement
Baca Juga
Ghost Writer sebenarnya berporos pada kisah sedih adik beradik Naya (Tatjana Saphira) dan Darto (Endy Arfian) yang ditinggal mati orang tua mereka akibat kecelakaan.
Naya bertekad menyekolahkan adiknya di sekolah unggulan. Ia kemudian mencari ide sinopsis untuk dikembangkan menjadi buku. Di rumah kontrakannya yang baru, Naya menemukan buku harian di celah atap. Buku itu milik Galih (Ge Pamungkas), pemilik rumah sebelumnya yang meninggal akibat gantung diri.
Gado-Gado
Galih bunuh diri karena depresi, merasa gagal melindungi adiknya, Bening (Asmara Abigail) dari kecelakaan mobil. Galih yang merasa kisah hidupnya dicomot tanpa izin menampakkan diri kepada Naya. Selain itu, Galih bikin onar dan membuat Darto ketakutan. Pacar Naya, Vino (Deva Mahenra) semula tak percaya dengan kejadian yang dialami Naya. Situasi makin rumit saat Alvin (Ernest Prakasa), editor buku Naya, berencana meluncurkan buku itu dua bulan lagi.
Ghost Writer terasa unik karena mengusung genre gado-gado yakni horor, komedi, drama dengan bumbu konflik keluarga dan pasangan.
Sebagai komedi, Ghost Writer terasa tak biasa karena kelucuan yang timbul bukan dari adegan slapstick. Bene Dion dan Nonny memantik tawa penonton lewat situasi perkenalan dua makhluk dari dua dunia berikut celetukan-celetukan mereka. Konsep rawon setan dan semangat hidup telah dibocorkan di trailer resminya.
Selain itu, duet Nonny-Bene memperlihatkan selera humor peka zaman dengan memasukkan istilah SBB, wibawa hantu, Batak, dan beberapa istilah sederhana yang kemudian menjadi lucu. Tentu saja, humor yang bersumber dari area kamar mandi seperti diare tetap ada. Kesalahpahaman dan kucing-kucingan antara kakak dengan adiknya dipertahankan mengingat masih efektif membangkitkan tawa.
Advertisement
Ada Isu Klasik
Peluru lelucon dalam Ghost Writer digulirkan dari dua sumber, yakni komika dan non-komika. Mayoritas lawakan efektif dan tepat sasaran. Tatjana dan Endy mengeksekusi adegan selama di rumah kontrakan dengan meyakinkan. Rekam jejak keduanya di genre lawakan memang belum tebal. Meski demikian, bonding keduanya tampak natural, nyaris tanpa jarak.
Di sisi lain ada beberapa pemeran pendukung yang menguatkan aura humor. Asri Welas dengan konsep “apa jeng-jeng” dan duet maut Arie Kriting-Muhadkly Acho sebagai pengamat film horor amatiran membuat Ghost Writer kaya akan letupan tawa. Film ini tak lantas menjadi pepesan kosong. Ia menyisipkan isu-isu hangat soal standar naskah sinetron harian kita hingga wajah mayoritas film horor lokal saat ini.
Karena dirilis pada minggu Lebaran, paruh kedua film ini mengembuskan isu klasik tentang saling memaafkan. Dibungkus dalam adegan semi-fantasi, esensi maaf-maafan lintas generasi versi Bene Dion berhasil membuat kami meneteskan air mata. Sensasinya sama seperti adegan puncak Sweet 20, saat Fatmawati alias Mieke (Tatjana Saphira) memaafkan putranya, Aditya (Lukman Sardi) bersama istri dan anaknya.
Atmosfer Lebaran
Dituturkan dengan runut dan cukup rapi, Ghost Writer menjadi suguhan ringan dengan atmosfer Lebaran yang kuat. Kekuatannya terletak pada keluwesan penulis naskah dalam menanamkan tema maaf-maafan di genre yang jauh dari drama namun dekat dengan lelucon. Posternya memang kurang menarik, trailernya pun kurang merayu, namun konten utuh film ini bisa dibilang membayar lunas keduanya.
Ghost Writer membuktikan, kelas skenario Ernest Prakasa telah menyemai benih regenerasi penulis naskah dan menumbuhkan ide cerita asli yang baru. Kita berharap, tahun depan akan ada Nonny-Nonny baru dengan gagasan yang lebih nendang untuk memajukan industri film Indonesia.
Pemain: Tatjana Saphira, Endy Arfian, Ge Pamungkas, Deva Mahenra, Ernest Prakasa, Asmara Abigail, Asri Welas
Produser: Chand Parwez Servia, Ernest Prakasa
Sutradara: Bene Dion Rajagukguk
Penulis: Nonny Boenawan, Bene Dion Rajagukguk
Produksi: Starvision Plus
Durasi: 1 jam, 37 menit
(Wayan Diananto)
Advertisement