Sukses

The Secret Life of Pets 2: Tiga Lapis Cerita dengan Beragam Ketegangan

Mencoba mengambil tema yang dekat dengan semua orang, The Secret Life of Pets 2 diharapkan terkoneksi dengan lebih banyak penonton.

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran anak dalam rumah tangga mengubah segalanya. Begitulah premis The Secret Life of Pets 2 pada awalnya. Film ini melanjutkan fase hidup anjing Max (Patton) dan pemeliharanya, Katie (Ellie) yang tinggal di sebuah rumah susun.

The Secret Life of Pets 2 menjadi film kedua rumah produksi Illmunination Entertainment yang memiliki sekuel setelah Despicable Me. Mencoba mengambil tema yang dekat dan pernah dialami semua orang, The Secret Life of Pets 2 diharapkan terkoneksi dengan lebih banyak penonton.

Dalam The Secret Life of Pets 2, Katie menikah dengan Chuck (Pete). Pasangan ini dikaruniai seorang putra bernama Liam (Henry). Max dan Duke (Eric) awalnya khawatir perhatian pasangan Katie-Chuck berpindah ke Liam seluruhnya. Ternyata kekhawatiran itu tak terbukti.

Katie dan Chuck bahkan mengajak Max serta Duck pelesir ke rumah kerabat mereka yang memiliki peternakan. Di peternakan itulah, Max dan Duke bertemu anjing bernama Rooster (Harrison). Sebelum berangkat, Max menitipkan mainan Busy Bee pada Gidget (Jenny). Kecerobohan Gidget membuat Busy Bee menggelinding lalu jatuh ke rumah seorang nenek yang memelihara lusinan kucing liar.

Mau tak mau, Gidget yang merasa dirinya bukan kucing kebanyakan harus belajar pada Chloe (Lake) cara berinteraksi dengan kucing. Sementara, Daisy (Tiffany) mengajak Snowball (Kevin) menyelamatkan seekor anak macan bernama Hu, yang disiksa dan hendak dijadikan sirkus.

Masih jenaka dan menampilkan petualangan yang gila-gilaan. Namun The Secret Life of Pets 2 memiliki problem yang lumayan serius.

 

 

2 dari 4 halaman

Tidak Merasakan Guncangan Emosi

Pertama, pergeseran fokus cerita terkait perubahan status sosial Katie dari lajang menjadi istri sekaligus ibu. Pergeseran ini dibuat mudah saja oleh penulis skenario.

Kita tidak merasakan guncangan emosi dan upaya Max beradaptasi dengan kehadiran Liam. Semua diselesaikan secara instan. Andai digali lebih detail, tentu mampu mengaduk emosi penonton.

Kemudian keluarga ini “dilarikan” ke peternakan oleh sang sutradara sambil memulai dua subplot lain, yakni petualangan Daisy-Snowball dan pengejaran Busy Bee oleh Gidget. Nyaris 75 persen film ini berisi tiga lapis cerita dengan tingkat ketegangan berbeda.

 

3 dari 4 halaman

Alur yang Datar

Pertama, interaksi Max-Duke dengan Rooster. Subplot ini dihadirkan untuk membentuk jati diri Max sebagai pahlawan alias penyelamat. Alurnya terasa datar. Satu-satunya ketegangan muncul lewat adegan di tebing.

Kedua, upaya Gidget menjaga amanat yang diberikan Max. Ini lebih kocak. Gidget yang terbiasa di tempat mewah harus menghadapi lusinan kucing liar. Gegar budaya ini efektif memantik tawa.

Subplot ketiga, Snowball dan Daisy, merupakan jembatan yang menyatukan alur Max dan Gidget. Ia kemudian dijadikan puncak adegan. Diharapkan klimaks, namun kita dengan mudah tahu bagaimana ini akan berakhir. Sampai di sini, karakter Katie, Chuck, dan Liam tidak berpengaruh banyak.

4 dari 4 halaman

Sekadar Hiburan Lintas Usia

The Secret Life of Pets 2 praktis hanya mengandalkan kegilaan para satwa. Ketiga alur dengan tensi dan warna yang berbeda membuat grafik konflik film ini naik turun tak beraturan. Sedikit melelahkan memang.

Untungnya, durasi film ini ringkas dihiasi lelucon dengan karakter khas. Tanpa lagu yang berkesan dan dialog-dialog sarat pesan, The Secret Life of Pets 2 menempatkan diri sebagai hiburan lintas usia. Tidak lebih.

Ia berbicara tentang eksistensi satwa langka yang mestinya lestari. Saat jarang ada manusia yang peduli, solidaritas antarsatwalah yang mengatasi persoalan ini. The Secret Life of Pets 2 diharapkan lebih baik dari aspek kualitas maupun pencapaian di tangga box office.

Seperti diketahui, The Secret Life of Pets yang dirilis tiga tahun lalu didanai US$70 juta dan sukses mendatangkan laba kotor US$875 juta atau sekitar Rp 12,25 triliun. Akankah jilid kedua ini mampu memperbaiki kesuksesan pendahulunya? (Wayan Diananto)