Sukses

Berubah, Kulit Pevita Pearce Jadi Hitam dan Rambut pun Pirang

Disinggung soal kulitnya yang menghitam, Pevita Pearce malah bangga.

Liputan6.com, Jakarta - Pevita Pearce memperkenalkan film anyar Rumah Merah Putih. Film ini menandai kerja sama Pevita Pearce dan rumah produksi Alenia Pictures setelah 13 tahun berpisah.

Dalam Rumah Merah Putih Pevita Pearce memerankan Maria, perempuan asal kabupaten Belu. Penampilan Pevita Pearce di film ini bikin pangling.

Kulitnya menjadi gelap sementara rambutnya pirang. Disinggung soal kulitnya yang menghitam, Pevita Pearce malah bangga. 

 “Oh saya suka sekali, saya terlihat beda banget. Penduduk setempat memuji saya tampil beda. Semoga bisa membuat bangga perempuan-perempuan Belu,” beri tahu Pevita Pearce kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta Selatan, baru-baru ini.

 

 

2 dari 3 halaman

Pengaruh Air Laut

Terkait rambutnya yang pirang, Pevita Pearce menjelaskan, “Air laut di sana mengandung logam. Jika digunakan untuk keramas, bisa mengubah warna rambut menjadi lebih pirang. Untuk kulit saya tanning, lalu dirias selama sejam agar makin gelap.” 

Syuting di Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk di kawasan perbatasan Indonesia dan Timor Leste membuat Pevita Pearce terkaget-kaget. “Tiba di NTT saya kaget, wah cantik sekali tempatnya,” imbuhnya.

 

3 dari 3 halaman

Terpesona Keindahan Atambua

Diakui Pevita Pearce, kali pertama dikabari akan syuting di Atambua, ia bingung. “Andai bukan untuk syuting film saya enggak akan kepikiran pergi ke Atambua. Sekarang sudah tahu indahnya seperti apa, pengin balik ke sana tapi tidak untuk kerja,” terang aktris kelahiran 6 Oktober 1992 itu. 

Berbagai pihak menyebut NTT layak dijadikan Bali Baru. Pevita Pearce punya pendapat sendiri. Menurutnya, biarkan NTT menjadi NTT dan Bali tetaplah Bali. Biarkan kedua kawasan ini berdiri secara independen, dengan kelebihan masing-masing.

Ditanya soal kawasan paling elok di NTT, Pevita Pearce kebingungan saking banyaknya. Setelah berpikir beberapa saat, ia menjawab, “Fulan Fehan, dataran hijau nan luas yang banyak pohon kaktusnya. Itu indah banget. Pengin kembali ke sana.” (Wayan Diananto)