Sukses

Gebrak Konser Jakarta Fair Kemayoran, Godbless Masih Garang

Kelompok band legendaris Godbless sukses memuaskan penggemarnya yang membanjiri panggung utama konser musik Jakarta Fair Kemayoran 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Lampu-lampu panggung utama konser musik Jakarta Fair Kemayoran seketika padam usai pembawa acara menyebut nama grup rock legendaris, Godbless, Rabu (19/6) malam. Sesaat kemudian, di layar raksasa di atas panggung besar itu tampillah gambar-gambar personel grup yang didirikan pada 5 Mei 1973 ini.

Dimulai dari Ahmad Albar sang vokalis, kemudian Ian Antono (gitaris), Donny Fattah (bass), Abadi Soesman (kibor), hingga Fajar Satritama (drum).

Sejurus kemudian meluncurlah intro dari lagu "Suara Kita", disambut vokal khas Iyek, panggilan akrab Ahmad Albar.

"Kau semua, kau yang di sana.... angkat tinjumu....."

Sebuah opening yang langka. Bukan apa-apa, lagu yang di ambil dari album Semut Hitam, yang dirilis tahun 1988 itu memang nyaris tidak pernah dimainkan Goddless. Sungguh istimewa....

Bahkan, tidak hanya satu, malam itu, di Jakarta Fair Kemayoran, Godbless cukup banyak memainkan lagu yang sebelumnya jarang atau tidak pernah mereka mainkan saat konser. Sebut saja "Orang dalam Kaca" dan "Damai yang Hilang", yang juga diambil dari album Semut Hitam, serta "Maret 1989" dari album Raksasa, tahun 1989.

Tak heran, penonton, yang meluber hingga pagar pembatas pun semakin antusias. Termasuk Godbless Community Indonesia (GBCI), kelompok penggemar militan Godbless, yang tak berhenti bernyanyi sepanjang konser musik Jakarta Fair Kemayoran yang juga disponsori oleh dompet digital DANA itu.

Kondisi ini masih ditambah dengan penampilan Godbless yang begitu cetar. Dari total 14 lagu yang mereka mainkan, 11 di antaranya bertempo cepat, bahkan super cepat, seperti "Maret 1989" dan "Trauma".

Ternyata, di usianya yang telah memasuki 46 tahun, Godbless masih begitu garang. Padahal, usia personel mereka, rata-rata di atas 60 tahun. Ahmad Albar, bahkan sudah memasuki usia 73 tahun.

Tapi, ya itu tadi, malam itu, mereka benar-benar tampil prima. Vokal Ahmad Albar pun masih sangat powerful, berkarakter, meski untuk nada-nada tinggi di lagu tertentu masih butuh bantuan back up vokal dari Donny maupun Ian Antono.

2 dari 4 halaman

Megah

Musik Godbless juga terdengar sangat megah, penuh, dan hidup. Gebukan Fajar di belakang set drum terasa betul membuat lagu-lagu Godbless jadi semakin gagah. Mungkin ini pula yang menstimulasi power vokal Ahmad Albar tetap terjaga sepanjang konser.

"Badut Badut Jakarta" yang dipilih sebagai lagu kedua juga dibawakan Ahmad Albar dengan ciamik. Kemudian disusul dengan "Menjilat Matahari" serta "Damai yang Hilang".

Seperti juga "Suara Kita", "Badut Badut Jakarta" dan "Damai yang Hilang" diambil dari album Semut Hitam. Sedangkan "Menjilat Matahari" diambil dari album Raksasa.

Lagu-lagu dari album Semut Hitam memang sangat mendominasi. Dari total 10 lagu di album produksi Logiss Records itu, delapan di antaranya keluar dari kerongkongan Ahmad Albar di panggung musik PRJ.

Sebelum memainkan lagu kelima, Ahmad Albar sempat berujar, "Sekarang, sebuah karya dari Donny Fattah...."

Donny pun langsung beraksi dengan bassnya memainkan intro lagu "Musisi" yang begitu energik. Bukan hanya cabikan bassnya yang dahsyat, aksi panggung Donny juga sangat atraktif, seperti biasa.

Mengenakan kemeja tangan panjang gombrong warna merah dan ikat kepala panjang hitam, Donny kerap memancing perhatian. Apalagi saat memainkan isian-isian bass di beberapa part lagu.

Lagu ini sendiri pertama kali dirilis dalam album Cermin pada 1980. Namun, kembali dikeluarkan dengan aransemen baru di album Cermin 7, tahun 2016.

Di era tahun 1990-an, lagu ini juga sering dijadikan lagu wajib oleh panitia festival-festival atau ajang kompetisi band. Maklum, lagu yang awalnya berdurasi 4 menit, 26 detik ini memang memiliki tingkat kesulitan tinggi.

 

3 dari 4 halaman

Improvisasi

Di panggung, bapak-bapak Godbless juga berimprovisasi. Di tengah lagu, usai bagian interlude, Ian Antono memasukkan potong nada lagu nasional "Bangun Pemudi Pemuda" karangan Alfred Simanjuntak dengan melodi gitarnya.

Kelar menggeber "Musisi", Ahmad Albar kembali memainkan lagu dari album Semut Hitam, "Orang dalam Kaca".

Godbless lalu menaikkan tempo permainan mereka sekaligus adrenaline penonton, bahkan hingga maksimal saat memainkan "Maret 1989". Para penonton pun serempak melompat-lompat mengikuti irama lagu bertempo tinggi itu.

Yang menarik, dalam konser ini, Ian Antono sama sekali tidak mengunakan gitar akustik, bahkan dalam lagu balada, seperti "Rumah Kita" dan "Panggung Sandiwara", yang merupakan lagu dari album Ahmad Albar bersama Duo Kribo di tahun 1978. Ini lagu ciptaan Ian Antono yang liriknya ditulis penyair Taufiq Ismail.

Padahal, biasanya maestro gitar Indonesia ini selalu menggunakan gitar akustik saat memainkan lagu "Panggung Sandiwara" yang dikerap disandingkan dengan "Syair Kehidupan", yang kebetulan absen malam itu.

Kelar "Rumah Kita" dan "Panggung Sandiwara", Godbless kembali menaikkan tempo dengan memebawakan "Kehidupan" dan nomor dari album solo Ahmad Albar, "Bis Kota". Disusul kemudian dengan lagu "Sodom Gomorah" yang diambil dari album Cermin dan Cermin 7.

Kali ini, giliran Fajar yang mendapat kesempatan unjuk gigi. Di tengah lagu, pria yang juga drummer EdanE ini pun melakukan atraksi solo drum. Tak pelak, aksinya pun memancing riuh tepukan dan decak kagum penonton.

Godbless sendiri, sebenarnya ingin menyudahi konser mereka dengan "Semut Hitam" sesuai dengan set list yang mereka siapkan, seperti tercantum di kertas-kertas yang diletakkan di bibir panggung. Namun, karena penonton terus berteriak, "lagi, lagi, lagi...." mereka pun tak kuasa menolak.

Alhasil satu lagu lagi, sebagai pamungkas mereka geber, "Trauma".

Konser pun berakhir klimaks, para penonton pulang membawa kepuasan, kegembiraan.

 

4 dari 4 halaman

Penggemar Terkejut

"Luar biasa Godbless. Meski usia para personelnya tidak muda lagi, mereka masih bisa bermain konstan sepanjang konser," ujar wartawan senior sekaligus pemangat musik Denny Mr.

Sementara itu, Asriat Ginting, ketua GBCI, mengaku terkejut karena karena Godbless tampil dengan repertoar yang mayoritas bertempo tinggi. Namun, keterkejutan itu cepat berubah menjadi rasa bangga dan haru karena sang band idola selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para penggemarnya.

"Tampaknya mereka memang telah mempersiapkan betul konser ini, sehingga bisa tampil begitu maksimal. Mereka memang benar-benar legenda," ujar Asriat. "Dan, kami, GBCI, datang ke PRJ hanya demi menonton Godbless."

Saksikan video pilihan di bawah ini: