Sukses

Ardhito Pramono Ogah Dibandingkan dengan Afgan

Tampil dengan kemeja bermotif abstrak warna abu-abu dan kacamata, sekilas penampilan Ardhito Pramono mirip Afgan.

Liputan6.com, Jakarta - Muda, tampan, pintar bikin lagu, dan punya suara keren, begitulah publik mengambarkan Ardhito Pramono. Saat tampil di Prambanan Jazz Festival 2019, Ardhito Pramono menyita perhatian penonton yang mayoritas remaja.

Tampil dengan kemeja bermotif abstrak warna abu-abu dan kacamata, sekilas penampilan Ardhito Pramono mirip Afgan. Disinggung soal mirip Afgan, Ardhito Pramono mengaku belum ada yang membandingkannya dengan pelantun “Sadis” itu.

Ardhito Pramono sebenarnya juga tak mau dibanding-bandingkan dengan Afgan. “Belum (ada yang membandingkan saya dengan Afgan), alhamdulillah. Saya enggak mau dibandingkan dengan Afgan. Dia ganteng, saya mah apa,” ungkap Ardhito Pramono kepada Showbiz Liputan6.com usai manggung di acara yang dipromotori Anas Syahrul Alimi itu.

Bagi Ardhito Pramono predikat penyanyi ganteng bukan sesuatu yang membanggakan. “Saya pengin dikenal sebagai musisi, penyanyi sekaligus pencipta lagu,” beri tahu Ardhito Pramono.

 

 

2 dari 3 halaman

Bingung

Ardhito Pramono sendiri bingung jika ada yang menyebutnya ganteng. “Saya bingung kenapa dibilang ganteng. Kalau sedang berkaca saya suka mengeluh, ‘Aduh muka gue minyakan,’” ujar Ardhito Pramono, yang berencana merilis album anyar pada Desember mendatang.

3 dari 3 halaman

Ingin Beda

Ke depan, Ardhito Pramono ingin menjadi musikus dengan karakter khas. Dulu, penyanyi kelahiran Jakarta, 22 Mei ini ingin disebut sebagai Jamie Cullum-nya Indonesia. Perlahan, ambisi itu memudar.

“Saya menyukai musik Jamie Cullum. Saya berusaha menyamakan diri dengan Jamie. Tapi lama-lama saya berpikir saya adalah saya. Jamie tetaplah Jamie. Saya harus membuat perbedaan. Itu sebabnya saya fokus dengan musik jaz tradisional mengingat Jamie belakangan ke jaz modern dan pop,” bilang Ardhito Pramono.

Jamie Cullum hanyalah satu dari sekian banyak musikus yang dikaguminya. Pelantun “Superstar” menambahkan, “Role model saya adalah musisi Indonesia era klasik Sam Saimun dan Nat King Cole.”

(Wayan Diananto)