Liputan6.com, Jakarta Dari judulnya, Ikut Aku Ke Neraka mengingatkan kami pada film karya sineas Sam Raimi, Drag Me To Hell yang dirilis 10 tahun silam. Tentu saja Ikut Aku Ke Neraka bukan versi Indonesia Drag Me To Hell.
Lewat Ikut Aku Ke Neraka, sineas Azhar Kinoi Lubis dan Fajar Umbara mencoba menciptakan semesta kecil dengan menempatkan pasangan muda sebagai poros. Ada pewarnaan dan lokasi yang khas dalam Ikut Aku Ke Neraka. Ini memudahkan kita untuk mengingat detail karakter. Cukupkah ini untuk mencuri perhatian penonton?
Advertisement
Baca Juga
Ikut Aku Ke Neraka menampilkan pasutri Rama (Rendy) dan Lita (Clara) yang menempati rumah baru. Lita yang hamil tua akhirnya melahirkan seorang bayi. Sejak anaknya lahir, Lita makin kerap diteror penampakan perempuan berambut panjang. Tak hanya menampakkan diri, sosok ini beberapa kali muncul di kamar bayi bahkan menggendong anak Lita. Panik, Lita menceritakan ini pada suami. Awalnya Rama tak percaya.
Suatu hari, dalam perjalanan memakai mobil, Rama merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata. Sadar bahwa yang dikatakan istrinya benar, Rama mengundang Adam (Rifnu), seorang cenayang untuk melacak keberadaan makhluk halus. Terpisah, ada pasien rumah sakit jiwa bernama Sari (Cut) yang dirawat dokter Shinta (Sara) dan Suster Widya (Rini). Seperti Lita, Sari kerap diteror hantu perempuan berambut panjang.
Â
Semesta Kecil Nan Mencekam
Menggunakan pewarnaan yang cenderung cerah untuk desain interior rumah dan suasana remang berkabut untuk jalanan dan lingkungan rumah sakit, Ikut Aku Ke Neraka mencoba menciptakan semestanya sendiri.
Semesta kecil berisi teror dan kepanikan dari pasangan yang tak punya referensi soal makhluk gaib. Mulanya kedua tokoh utama panik, lalu Adam yang hadir di tengah jalan menjelma menjadi cermin. Ia jadi alat kilas balik untuk menengok penyebab teror dan mencari solusi.
Sepanjang cerita kita mendapati tokoh utama film ini berada di rumah, kantor desa, rumah cenayang, dan sesekali berpindah ke rumah sakit.
Mata rantai yang menghubungkan tokoh utama dan rumah sakit jiwa dijalin dengan cukup rapi. Paruh pertama film ini membuat kita bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Lita. Sayang, memasuki paruh kedua para tokoh justru kurang berkembang.Â
Advertisement
Sekilas Mengingatkan pada Film Kafir
Bagaikan ruang yang terus menyempit, tokoh-tokoh Ikut Aku Ke Neraka makin depresi kemudian redup. Adam sebagai titik cerah tidak setangguh yang dibayangkan. Hantu yang menyakiti mengingkari motivasi semula, yakni untuk menyampaikan pesan. Yang terjadi kemudian, tokoh utama seolah dibiarkan sendiri sementara kondisi di sekitar makin berdarah-darah. Sebagai sebuah horor, atmosfer Ikut Aku Ke Neraka sebenarnya sudah menemuhi kriteria mencekam.
Sinematografinya syahdu, penyuntingan gambarnya tidak mengganggu penonton dalam mengikuti jalan cerita. Gaya Azhar dalam mengemas film ini, sekilas mengingatkan kita pada karya sebelumnya, Kafir Bersekutu dengan Setan. Bedanya, naskah film Kafir memungkinkan sejumlah tokoh bergerak leluasa dan diberi latar belakang terang. Alurnya pun penuh kejutan.
Latar yang terang memungkinkan para aktor mengintepretasi peran dengan lebih bertenaga. Itu sebabnya tokoh Sri begitu berkesan dan performa Putri Ayudya diganjar nominasi Piala Citra. Di sini, kami jatuh cinta pada keteguhan Lita. Namun paruh kedua film ini membuat perkembangan Lita seolah jalan di tempat. Begitu pun karakter-karakter lain. Sebagai sebuah hiburan, Ikut Aku Ke Neraka masih menarik berkat semesta kecilnya yang mencekam.Â
Â
 Pemain: Clara Bernadeth, Rendy Kjaernett, Cut Mini, Rifnu Wikana, Sara Wijayanto, Rini Mentari
Produser: Gope T. Samtani
Sutradara: Azhar Kinoi Lubis
Penulis: Fajar Umbara
Produksi: Rapi Films
Durasi: 1 jam, 30 menit
Â
(Wayan Diananto)