Sukses

Mantap Berhijab, Ini 5 Akting Terbaik Cut Mini di Layar Lebar

Tahun ini, Cut Mini produktif.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini, Cut Mini produktif. Hingga Juli 2019, Cut Mini membintangi 7 film yakni Orang Kaya Baru, Calon Bini, Terima Kasih Cinta, Kuambil Lagi Hatiku, Ikut Aku Ke Neraka, Dua Garis Biru, dan yang terbaru, Zeta: When The Dead Awaken.

Dalam film Zeta: When The Dead Awaken, Cut Mini memerankan Isma, seorang ibu pengidap penyakit alzheimer. Isma memiliki seorang putra bernama Deon (Jeff Smith). Keduanya tinggal di Jakarta.

Nahas, Jakarta terpapar virus yang menyebabkan sebagian warganya menjadi mayat hidup.  Zeta: When The Dead Awaken karya sineas pendatang baru Amanda Iswan. 

Syuting Zeta: When The Dead Awaken dimulai dua tahun lalu. Itu sebabnya dalam film Cut Mini tidak berhijab. Cut Mini baru berhijab mulai tahun ini. Niatnya untuk menutup aurat sudah mantap.

Main film sejak 2003, Cut Mini telah tampil di 29 film. Cut Mini menyebut hijab tak menghalanginya untuk berkreasi di dunia seni. Dikenal sebagai salah satu aktris terbaik negeri ini, kami ajak Anda untuk menilik 5 akting terbaik Cut Mini di layar lebar. Selamat menyimak!

 

 

2 dari 6 halaman

Laskar Pelangi (Riri Riza, 2008)

Diangkat dari novel fenomena karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi mengisahkan dedikasi seorang guru bernama Muslimah, yang mengajar 10 murid di SD Muhammadiyah, Gantong, Belitung.

Film ini meraup 4,8 juta penonton dan menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa selama sewindu (2008-2016).

Tak hanya berjaya di tangga box office, Cut Mini meraih penghargaan Aktris Terbaik di Brussel International Independent Film Festival 2009. Sayang, produser Mira Lesmana tak menyertakan Laskar Pelangi di Festival Film Indonesia 2008. Andai ikut, Cut Mini tentu menyabet Piala Citra.

 

 

3 dari 6 halaman

Athirah (Riri Riza, 2016)

Cut Mini dan Riri Riza adalah kombinasi maut yang melahirkan kualitas. Athirah (film biografi ibu dari Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla) bukti kehebatan akting Cut Mini berikutnya.

“Di film ini, saya belajar berekspresi tanpa kata, lebih banyak merasakan daripada mengucapkan. Ternyata menekan ucapan ke dalam hati itu enggak enak dan berat rasanya. Saya mengembalikan perasaan ke titik nol dan mengeluarkannya dalam bentuk ekspresi,” urai Cut Mini.

Athirah mengantar Cut Mini meraih Piala Citra Pemeran Utama Wanita Terbaik. Ia juga meraih Piala Usmar Ismail Awards di kategori yang sama.

 

 

4 dari 6 halaman

Arisan! (Nia Dinata, 2003)

Setelah vakum selama 12 tahun, Festival Film Indonesia kembali digelar pada 2004. Yang berkompetisi di FFI kala itu film rilisan tahun 2000 hingga 2004.

Arisan! menjadi Film Terbaik. Cut Mini tidak masuk nominasi namun menjadi salah satu karakter yang difavoritkan publik. Buktinya, ia masuk bursa Most Favourite Actress di ajang MTV Indonesia Movie Awards 2004.

“Arisan! sangat berkesan karena ini kali pertama saya main film, belajar tentang film, skenario, dan reading,” ujar Cut Mini kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, belum lama ini.

 

 

5 dari 6 halaman

Dua Garis Biru (Gina S. Noer, 2019)

Dua Garis Biru memperlihatkan aspek komersil Cut Mini tanpa mengabaikan kualitas akting. Ditonton 2 juta orang lebih, banyak penonton menangis di adegan obrolan Yuni (Cut) dan anaknya, Bima (Angga).

Obrolan tentang neraka itu diakhiri permintaan Bima agar Yuni mau memaafkan dirinya sendiri. “Saya sering memerankan ibu, tapi ibu di Dua Garis Biru ini beda. Saya merasa sudah membekali anak dengan ilmu agama. Anak saya lalu membuat kesalahan besar dan itu melukai hati saya. Saya anggap itu kesalahan saya, emosinya begitu kuat,” ulas Cut Mini.

 

 

6 dari 6 halaman

Posesif (Edwin, 2017)

Penonton menyebut Cut Mini di Posesif, emak-emak sakit jiwa. “Ini film pertama di mana saya menampar pemain,” aku Cut Mini.

Dalam Posesif, Cut Mini hanya tampil di dua atau tiga adegan. Ajaibnya, porsi peran yang sedikit tak menghalangi Cut Mini meraih nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik FFI 2017.

Terkait pencapaian ini, Cut Mini bilang, “Saya sering mendengar pemain berujar, ‘Peran saya kecil cuma dua scene.’ Persoalannya bukan di jumlah adegan. Saat bisa memainkan karakter dengan rasa dan takaran emosi yang pas, Anda bisa mencuri perhatian penonton tanpa harus berkata, ‘Heh! Lihat gue!’”