Sukses

Cerita Mathias Muchus Hidup Terisolasi Di Pulau Bersama Biawak Sebesar Bayi

Aktor kawakan Mathias Muchus punya pengalaman unik dengan hewan itu.

Liputan6.com, Jakarta Mathias Muchus punya cerita tak terlupakan selama syuting film Kapal Goyang Kapten, di Maluku. Dalam film karya Raymond Handaya itu, aktor peraih 2 Piala Citra ini memerankan Sentot, awak kapal yang terdampar di pulau terisolasi selama 10 tahun.

Dikisahkan, bertahan hidup sendiri berkawan benda-benda mati membuat kejiwaan Sentot terguncang. Bisa dibilang otaknya rada sedeng. Demi menghayati peran, Mathias Muchus rela tinggal di Pulau Kei sendirian selama beberapa malam. 

“Dibutuhkan tekanan yang intens untuk peran ini. Makanya saya tidak dekat-dekat amat dengan lawan main. Saya lebih banyak mengisolasi diri. Saya menginap di pulau sendirian untuk meresapi kesendirian meski banyak biawak dan ular,” jelas bintang film Istana Kecantikan kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Senin (26/8/2019).

 

Awalnya produser tidak mengizinkan atau membolehkan dengan pengawalan. “Tapi saya ngotot dan menegaskan ini bagian dari pekerjaan seorang aktor,” kata Mathias Muchus menyambung. 

 

2 dari 3 halaman

Menyenangkan

Mathias Muchus menambahkan, “Di pulau itu, banyak biawak sebesar bayi tinggal di balik bukit-bukit batu karang. Ada juga ular. Jujur, ini menyenangkan sekaligus menyeramkan.” Menyeramkan, karena bisa saja saat tertidur Mathias Muchus diserang hewan liar. Menyenangkan karena pemandangan di pantai lepas kala malam sangat indah.

Selain mempertajam akting, hikmah lain yang didapat Mathias Muchus selama menginap di pulau tak berpenghuni, bisa hidup tanpa sebentar-sebentar memegang ponsel. 

3 dari 3 halaman

Jelang Subuh

“Sebenarnya manusia bisa hidup tanpa ponsel. Kita saja yang menganggap ponsel terlalu penting,” Mathias Muchus menyimpulkan. Suami Mira Lesmana ini lantas mengimbau masyarakat perkotaan meluangkan waktu sejenak ke luar Jawa untuk menyepi dan mendekatkan diri dengan alam.

“Saya ingat betul selama menginap di pulau sendirian, saya tidur di atas pasir menghadap langit yang awannya menyerupai kelambu bertabur bintang-bintang. Saking indahnya sampai tak bisa tidur. Saya baru tidur jelang subuh,” ujarnya.

(Wayan Diananto)