Sukses

Setelah Konser Monokrom, Tulus Gelar Tur Sewindu di 5 Kota

Semester kedua 2019, Tulus kembali menggelar hajatan besar.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2019 menjadi masa produktif bagi penyanyi Tulus. Ia menandai semester pertama tahun ini dengan menggelar konser Monokrom di Jakarta, 6 Februari 2019. Konser di Istora Senayan Jakarta itu dipadati lebih dari 4.000 orang.

Semester kedua 2019, Tulus kembali menggelar hajatan besar. Menggandeng Rajawali Indonesia Communication yang dipimpin Anas Syahrul Alimi, Tulus menggelar tur Sewindu. Sesuai namanya, tur Sewindu menandai delapan tahun Tulus berkarier di industri musik Tanah Air.

Pelantun “Jangan Cintai Aku Apa Adanya” ini punya alasan khusus mengapa tur Sewindu harus digelar bulan September. “Karena saya dulu kali pertama menyanyi pada September 2011 di Bandung, Jawa Barat. Jadi ketika mulai berkarier, saya bikin konser di sebuah venue yang kecil sekali. Memilih bulan September bukan kebetulan. Sesuatu yang disengaja sebagai sebuah peringatan,” ungkap Tulus kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Tulus menyebut konser Monokrom dan tur Sewindu beda konsep maupun tujuan. Tulus menjelaskan, konser Monokrom merupakan bentuk apresiasi kepada penggemar maupun orang-orang terdekat yang selama ini mendukung kariernya. Sementara tur Sewindu diharapkan menjadi ajang berbalas apresiasi.

2 dari 2 halaman

Tur 5 Kota

Pemilik album Gajah menyebut, tur Sewindu akan digelar di 5 kota yakni, Malang (24 September), Yogyakarta (26 September), Solo (18 Oktober), Makassar (25 Oktober), dan ditutup dengan format festival di Jakarta pada 1 November 2019. Diharapkan tur ini mampu menyedot total 30 ribu penonton lebih.

Bisa dibilang tur Sewindu lanjutan dari konser Sewindu di Kuala Lumpur Convention Center Malaysia bulan lalu. Mengapa dimulai di Kuala Lumpur? “Begini, untuk memulai konser sangat sulit karena harus melingkari kalender atau menentukan tanggal. Ada venue-nya tidak, di hari itu ada event apa saja dan seterusnya,” ujar Tulus.

Kebetulan waktu dan tempat yang memungkinkan kala itu di Kuala Lumpur. “Sekarang giliran Indonesia. Maunya, sih mengunjungi sebanyak mungkin kota tapi untuk saat ini yang memungkinkan baru lima,” tutupnya. (Wayan Diananto)