Sukses

Leonardo DiCaprio Unggah Foto Lautan Sampah di Bantar Gebang, Apa Katanya?

Pekan ini, Indonesia mendapat perhatian lebih dari Leonardo DiCaprio.

Liputan6.com, Jakarta - Pekan ini, Indonesia mendapat perhatian lebih dari Leonardo DiCaprio. Sayangnya, perhatian Leonardo DiCaprio untuk Indonesia bukan untuk hal yang membanggakan.

Jumat (7/9/2019) malam, Leonardo DiCaprio mengunggah ulang foto lautan sampah dari akun Instagram resmi terverifikasi milik National Geographic yang diikuti 120 juta jiwa. Lautan sampah itu diketahui hasil jepretan jurnalis fofo independen Adam Dean.  

Foto yang diunggah ulang Leonardo DiCaprio memperlihatkan dua orang pemulung mengenakan caping atau topi yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut.

Sambil memanggul tas berbentuk persegi yang dilapisi karet hitam, ia mengais sampah-sampah plastik. Menyertai foto itu, akun National Geographic menulis status teks, “Foto oleh Adam Dean. Pemulung tengah mengumpulkan plastik dari tempat pembuangan sampah lokal di Bantar Gebang, dekat Jakarta, Indonesia.”

 

 

2 dari 2 halaman

Reaksi Warganet Indonesia

Yang lebih miris, akun Instagram National Geographic menambahkan keterangan yakni, “Ini diduga kuat merupakan tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. Januari 2019.” Menilik lini masa akun Instagram Leonardo DiCaprio, ia kerap mengunggah ulang foto-foto bertema lingkungan yang menyenangkan atau meresahkan benaknya.

Lautan sampah di Bantar Gebang jelas menjadi hal yang meresahkan bintang film Titanic. Tak sampai sejam, foto yang diunggah ulang Leonardo DiCaprio disukai 130 ribu warganet lebih. 

Seribuan komentar membanjiri kolom. Tak sedikit yang berasal dari Indonesia. “Aku benci foto ini tapi inilah kenyataan di negaraku,” ungkap seorang warganet. Yang lain meluapkan keprihatinan senada dengan berujar, “Gusti Nu Agung, sekalinya Indonesia masuk Instagram Babang Leo, eh malah soal Bantar Gebang.”

Warganet lain mengkritik, “Banyak orang di Jakarta kurang peduli akan hal ini. Mereka sibuk menyalahkan pemerintah untuk banyak hal dan jarang melakukan apa saja untuk mengubah (gaya hidup) mereka sendiri.” (Wayan Diananto)