Liputan6.com, Jakarta - Titiek Puspa adalah salah satu diva legendaris Indonesia. Ia mengawali kariernya sebagai juara Bintang Radio di usia 17 tahun. Saat ini, Titiek Puspa sudah berusia 81 tahun.
Namun, Titiek Puspa tetap terlihat prima dan masih aktif berkarya untuk Indonesia. Dan lagu-lagunya yang diciptakan selalu menjadi hits di masanya.
Sebut saja "Dansa Yo Dansa", "Marilah Kemari" dan "Apanya Dong" adalah beberapa lagu Titiek Puspa yang begitu legendaris.
Advertisement
Baca Juga
Meski begitu, pencapaian Titiek Puspa yang luar biasa ini tidak serta merta langsung diterimanya. Di balik karya-karyanya yang besar, ia pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya.
Tumbuh dan berkembang dalam masa penjajahan Jepang, membuat wanita yang tengah berjuang melawan kanker ini tahu arti pentingnya kehidupan. Berikut adalah empat pengalaman miris yang dialami oleh Titiek Puspa ketika muda, yang diceritakan dalam buku karya Alberthiene Endah berjudul Titiek Puspa A Legendary Diva.Â
Â
1.Tempe dan Sayur Bening
Pada 1942 adalah tahun yang berat bagi keluarga Titiek Puspa. Kondisi perekonomian di Indonesia jatuh karena kedatangan Jepang ke Indonesia.
Untuk mencukupi kebutuhan makan, ibunda Titiek Puspa sampai menukarkan perhiasannya dengan kebutuhan pangan pokok dan berjualan sari pati singkong.
Hasil dari berjualan dipakai untuk membeli sedikit lauk pauk. Hampir setiap hari keluarga Titiek Puspa hanya makan tempe dan sayur bening. Itu pun satu orang mendapatkan tempe yang ukurannya tak lebih lebar dari dua jari tangan orang dewasa.
Â
Advertisement
2. Kutu Rambut dan Kulit
Titiek Puspa pernah mengalami hal mengerikan yaitu wabah kutu kulit yang terjadi pada masa itu. Untungnya, Titiek Puspa dan saudara-saudaranya jarang keluar rumah. Sehingga mereka hanya terkena kutu rambut saja.
Setiap harinya rambut Titiek Puspa dan saudara-saudaranya diguyur dengan air panas untuk menghilangkan kutu-kutu tersebut. Setelah rambutnya kering, mereka menyisiri rambut dengan serit untuk menemukan kutu rambut yang menempel di kepala.
Â
3. Makan Roti Sisa
Saat ayahnya mengatakan bahwa Titiek Puspa sudah bisa masuk sekolah, ia sangat senang. Dalam benaknya, masa sekolah menjadi hiburan atas kesulitan yang ia alami. Namun, masa sekolah Titiek Puspa tak seindah bayangannya.
Kebanyakan murid berasal dari kalangan yang berada. Mereka selalu membawa bekal roti untuk dimakan saat jam istirahat.
Mengalami kesulitan ekonomi membuat Titiek Puspa hanya bisa melihat pemandangan itu. Tak jarang pula Titiek Puspa menghabiskan potongan roti yang dibuang di lantai oleh murid-murid tersebut.
Â
Advertisement
4. Makan Kulit Pisang
Ekonomi yang kian memburuk kadang membuat keluarga Titiek Puspa tidak bisa makan. Jika sudah seperti itu, Titiek Puspa kecil menyisir jalan di sekitar rumah untuk mencari makanan yang bisa dimakan.
Bahkan Titiek Puspa pernah memakan kulit pisang yang dbuang oleh serdadu Jepang. Ibu dua anak ini melahapnya dengan nikmat.
(Maria Advensiani/Mgg)