Liputan6.com, Jakarta Salah satu pilihan alternatif di bioskop pekan ini, Abigail. Film produksi Rusia dengan nuansa petualangan aksi fantasi berbasis drama keluarga yang kuat. Ada sentuhan sejarah dengan membatasi alur hidup tokohnya pada kurun waktu tertentu.
Ini membuat Abigail punya karakter dan peradaban sendiri. Pendek kata, Abigail menciptakan dunianya sendiri. Abigail membawa Anda pada sistem masyarakat dengan masalah, struktur, dan fungsinya. Lantas, semenarik apa film Abigail di mata penonton Indonesia?
Â
Advertisement
Baca Juga
Abigail (Kaitlyn McCormick), gadis yang masa kecilnya kurang beruntung. Ayahnya, Jonathan (Eddie Marsan) ilmuwan yang cerdas, sementara ibunya, Margaret (Tsenia Kutepova), ibu rumah tangga murni. Suatu malam, keluarga kecil ini menerima kunjungan Garrett (Artyom Tkachenko). Garrett rekan kerja Jonathan sejak lama.
Sayangnya, sejak dikunjungi Garrett, Jonathan tak pernah kembali. Margaret tahu, suaminya ditangkap dengan dalih terinfeksi kusta meski tak ada pemeriksaan dan diagnosis yang jernih. Kepergian Jonathan, pukulan berat bagi Abigail cilik.Â
Perlawanan Abigail
Beranjak remaja, Abigail (Tinatin Dalakishvili) yang tumbuh menjadi gadis tertutup, berupaya melacak keberadaan ayahnya. Ia lantas bertemu dengan Bale (Gleb Bochkov) dan komunitas yang diduga terinfeksi.
Pertemanan dengan mereka membuat Abigail menyadari, ada yang salah dengan penangkapan sejumlah orang yang diduga terinfeksi. Abigail menyusun rencana untuk membuat perlawanan terhadap sistem. Perlawanan ini dibuat berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan sang ayah sebelum ditangkap.
Advertisement
Plus Minus
Kesan pertama menonton Abigail, ada plus minus yang menyolok. Sisi plusnya, sineas Aleksandr menyajikan hubungan ayah dan anak yang intens, memperlihatkan emosi yang terus menanjak, dan makin lama makin tak berjarak meski di tengah jalan keduanya terpisah.
Ikatan emosi dijalin dari percakapan sebelum tidur, tebak-tebakan, menggambar sketsa, hingga adegan dramatis penangkapan yang mencerminkan rasa kehilangan. Akting Eddie sebagai ayah terbilang meyakinkan.
Ini tampak jelas dari cara Eddie menatap si buah hati yang terasa mengayomi, sabar, dan sayang. Aktris cilik Kaitlyn di luar dugaan mampu mengimbanginya. Di beberapa adegan Kaitlyn centil, penuh pertanyaan, dan menyerap ajaran ayahnya.
Sayangnya, Tinatin tak mampu melanjutkan sifat dasar Abigail cilik. Ekspresinya cenderung datar. Caranya berargumen dan menarik kesimpulan tak serta merta meyakinkan kita bahwa Abigail sosok terpilih dan membawa perubahan. Karakternya kurang tangguh.
Visual Memikat
Ini membuat film Abigail terasa melelahkan di pertengahan dan melenakan. Dampak lain, pergerakan cerita kurang fluktuatif karena tokoh utama yang menjadi poros tampak landai. Konfiknya kurang runcing, klimaksnya kurang tajam dan minim sensasi deg-degan. Padahal elemen konflik dan klimaks bagi kami faktor penentu seru tidaknya sebuah petualangan yang terbungkus fantasi. Terkait efek khusus, komposisi warna, dan tata sinematografi film Abigail relatif memikat mata.Â
Teknik animasinya lembut, menyatu dengan para tokoh nyata yang berlakon. Abigail bisa jadi bukan film sempurna. Konten dan gaya tuturnya membuat para penonton butuh adaptasi lama untuk merasa nyaman. Mengusung tema yang tidak susah untuk diikuti, Abigail bukan pula tipe film yang rumit.
Akhir ceritanya pun manis dengan pendekatan serupa dongeng. Bagi yang senang mencicipi film dari berbagai negara, Abigail menambah perbendaharaan Anda. Ia memberi rasa baru dengan akar cerita yang universal. Dekat dengan kehidupan kita.
Â
Pemain: Tinatin Dalakishvili, Eddie Marsan, Tsenia Kutepova, Gleb Bochkov, Artyom Tkachenko, Ravshana Kurkova, Kaitlyn McCormick
Produser: Yevgeny Melentyev, Viktor Denisyuk, Aleksandr Kurinsky, Vladimir Denisyuk, Natalya Frolova
Sutradara: Aleksandr Boguslavsky
Penulis: Dmitry Zhigalov, Aleksandr Boguslavsky, Aleksey Slushchev, Ilya Ipatov
Produksi: KinoDanz (KD Studios)
Durasi: 1 jam, 50 menit
Â
(Wayan Diananto)
Advertisement