Liputan6.com, Jakarta - sai diwawancara soal film Sri Asih, di depan wartawan Joko Anwar kembali menyerukan, “Bubarkan KPI!” Meski dalam konteks bercanda, awak media mempertanyakan mengapa Joko Anwar kurang sreg dengan teguran KPI kepada sejumlah program televisi termasuk trailer film Gundala.
Seperti diketahui, KPI sempat mempermasalahkan kata b*****t yang muncul di trailer. Joko Anwar pun keberatan. Mengingat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata itu berarti kepinding atau kutu busuk.
B*****t juga bisa diartikan orang yang bertabiat jahat, khususnya yang gemar mencuri atau mencopet. Joko Anwar kemudian angkat bicara. Joko Anwar membantah seruan bubarkan KPI sebagai luapan emosi.
Advertisement
Baca Juga
“Ini bukan emosi jiwa. Indonesia harus menjadi masyarakat yang madani artinya mampu mengatur diri sendiri termasuk bagaimana harus merasa, memiliki persepsi tentang hidup termasuk tontonan maupun apa yang kita konsumsi sehari-hari dalam hal informasi, hiburan, dan sebagainya,” bebernya.
Begitu ada lembaga pemerintah yang menentukan cara publik merasa dan berpersepsi terhadap tontonan atau informasi, artinya kita sudah mengalami represi.
Represif dan Otoriter
“Segala sesuatu yang bersifat represi itu tidak baik bagi kita sebagai manusia maupun rakyat yang tinggal dalam sebuah negara. Jadi KPI sudah bersifat represif dan otoriter. Lembaga seperti ini jangan sampai membuat kita sebagai warga negara terkerdilkan,” ujar Joko Anwar kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.
Sutradara Pengabdi Setan percaya bahwa masyarakat Indonesia sejatinya sudah dewasa. Mereka bebas memilih apa yang hendak ditonton. Pun masyarakat Indonesia semestinya bebas memiliki persepsi sendiri atas apa yang mereka tonton.
“Jangan otoriter memaksa dan merasakan seperti apa yang mereka rasakan. Ini tidak baik. Ini tidak baik untuk kita sebagai masyarakat karena kita bisa berpikir untuk diri sendiri,” ujar Joko Anwar dengan raut serius. (Wayan Diananto)
Advertisement