Liputan6.com, Jakarta - Qory Sandioriva belakangan ini jarang terdengar kiprahnya di dunia hiburan. Rupanya, selama ini Qory Sandioriva tengah berjuang melawan penyakit langka yang dideritanya.
Dalam sebuah kesempatan, Puteri Indonesia 2009 ini menceritakan kisahnya yang berusaha sembuh dari penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuhnya. Sejak usia 16 tahun, Qory Sandioriva mengidap penyakit autoimun sjorgen's syndrome dan lupus.
"Sebenarnya saya sudah 12 tahun lalu terkenanya. Tapi memang di Indonesia sendiri baru diklaim setelah saya mengidap (selama) tujuh tahun. Berarti di usia 23 tahun, saya baru benar-benar divonis autoimun sjorgen's syndrome dan lupus," ujar Qory Sandioriva, seperti dikutip dari video YouTube JPNN, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Selama menderita autoimun, Qory Sandioriva kerap mengalami sakit kepala hebat, ngilu pada persendian, serta nyeri pada bagian kulit dan tulang belakang. Mantan istri Ramon Y. Tungka ini kemudian mengungkapkan caranya menangani penyakit lupus.
"Penanganannya adalah menyeimbangkan atau menidurkan autoimun. Dalam mindset saya, autoimun itu seharusnya dicerdaskan, karena dia menyerang sel-sel sehat, bukan sel-sel sakit. Terus karena autoimun yang berlebihan, jadi seperti salah perintah," kata Qory Sandioriva.
Diturunkan dari Ibu
Pemain film Dancing in the Rain ini membeberkan bahwa penyakit autoimun tersebut memang sudah ada di keluarganya. Penyakit langka tersebut diturunkan oleh ibunda Qory Sandioriva.
"Saya diidentifikasi keturunan dari ibu saya. Tapi lucunya, autoimun itu jenisnya banyak. Ibu saya kenanya yang pembuluh darah, kalau saya kenanya yang sjorgen's syndrome dan lupus," lanjutnya.
Advertisement
Kontrol Pikiran
Wanita 28 tahun ini kemudian mengatakan bahwa pikiran yang terkendali adalah kunci mencegah penyakit tersebut muncul. Ia juga memiliki pola pikir yang sama pada penyakit lainnya.
"Menurut saya, autoimun sendiri tuh mudah menyerang. Mungkin tidak hanya autoimun saja, tapi setiap penyakit juga seperti itu. Jika pikiran atau perasaan tidak bisa dikontrol, (penyakit) itu pasti akan mudah sekali timbul," Qory Sandioriva mengakhiri.
(Affiyah Tri Yuni Sari/Mgg)