Liputan6.com, Jakarta Bulan ini, The Addams Family gagal memuncaki tangga box office Amerika Serikat. Ia kalah pamor dari film Joker. Seapes-apesnya The Addams Family, performanya tetap lebih baik dari Gemini Man. Hingga artikel ini disusun The Addams Family bertengger di peringkat keempat dengan pendapatan kotor mencapai 44,9 juta dolar AS (630 miliar rupiah).
Kabarnya, Universal Pictures tengah menggagas sekuel The Addams Family untuk ditayangkan paling cepat tahun depan. Sebagus apa The Addams Family versi 2019?
Advertisement
Baca Juga
The Addams Family diangkat dari serial televisi populer AS, yang mengudara tahun 1964-1966. Serial The Addams Family menempatkan sejumlah bintang terkenal seperti Carolyn Jones dan John Astin. Meledak di layar kaca, The Addams Family diturunkan ke sejumlah format lain.
Animasi The Addams Family tayang pada 1973. Versi video gim The Addams Family diluncurkan tahun 1992. Setahun sebelum videp gim ini mewabah, film The Addams Family dirilis dengan bintang Angelica Houston. Film ini diganjar nominasi Tata Kostum Terbaik di ajang Oscars.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Manusia dan Monster
Animasi The Addams Family versi 2019 dibuka dengan pernikahan dua insan dari kaum monster, Gomez Addams (Oscar Isaac) dan Morticia (Charlize Theron). Pesta pernikahan mereka ambyar karena diusir penduduk setempat. Manusia menilai monster bukan bagian dari masyarakat.
Monster tidak layak mendapat tempat di dunia. Gomez dan Morticia akhirnya tinggal di rumah tua tak berpenghuni. Keduanya dikaruniai dua anak, Wednesday (Chloe Grace Moretz) dan Pugsley (Finn Wolfhard). Trauma dengan kekejaman manusia, Morticia tak mengizinkan kedua anaknya sekolah.
Mereka menjalani sekolah kandang. Pugsley disiapkan untuk menjalani ritual Pedang Mazurka, di hadapan Bibi Sloom yang Agung (Jenifer Lewis). Ritual ini untuk membuktikan Pugsley layak disebut pria dewasa dan bisa diandalkan. Wednesday akhirnya diizinkan sekolah di SMP umum.
Di sana ia berteman dengan Parker (Elsie Fisher) yang kerap dirundung teman-temannya. Parker adalah anak pembawa acara layar kaca, Margaux Needler (Allison Janney). Margaux rupanya punya rencana untuk merenovasi kediaman keluarga Addams. Di balik niat baiknya, tersimpan motif tertentu.
Advertisement
Awalnya Dinamis, tapi...
Bahwa film ini kalah dari Joker di tangga box office, bagi kami, itu persoalan lain. Film bagus kalau dirilis di saat yang tidak pas juga bisa flop di pasar. Kandasnya mimpi The Addams Family untuk jadi yang terlaris bukan faktor tanggal rilis semata. Film ini punya problem di struktur cerita.
Dimulai dengan konflik manusia versus monster. Tak masalah. Mengingat, 15 menit pertama The Addams Family bergulir dinamis. Masalah muncul setelah keluarga Addams tiba di kediaman baru. Penceritaan menjadi statis dan terkesan asyik sendiri.
Anak-anak bersekolah, berlatih, dan beradaptasi dengan hunian baru. Plot berkutat ke itu-itu saja sementara kita tak pernah melihat Morticia dan Gomez berproses atau bekerja. Sejumlah tokoh lain hadir untuk mengisi kekosongan.
Karakter Ibu Gomez (Bette) misalnya, hanya datang untuk menengok dan tidak memberi latar yang lebih jernih terkait komunitas monster. Uncle Fester (Nick Kroll) pun hanya jadi sasaran tembak bagi anak-anak Addams. Alur film ini mencapai titik cerah ketika Wednesday masuk SMP dan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Repetisi Adegan
Pertemanannya dengan Parker, diskusi soal membuat pilihan hidup dan jadi diri sendiri diterjemahkan lewat pilihan warna hingga gaya dandan remaja belia. Cara Wednesday menangani para perundung sukses memantik tawa penonton. Sayang, interaksi anak sulung keluarga Addams hanya sebatas itu.
Belum dieksplorasi lebih jauh, sineas Greg dan Conrad buru-buru menggiring penonton ke puncak cerita seraya menyampaikan pesan, “Bukan karena orang lain berbeda maka kita bebas untuk menghakiminya.”
Pesan lain seputar menghargai privasi orang lain dan rukun dalam keragaman meluncur lewat dialog superlugas. Tak sempat kita merasakan konflik genting. Tak sempat pula menikmati ikatan emosi antartokoh penting. Ini seperti salah paham antartetangga kampung lalu diselesaikan oleh Pak RT.
Habis perkara. Plot film ini juga diperparah oleh repetisi adegan yang sebenarnya kocak. Sekali dua kali diulang kami masih ngakak. Kali ketiga dan keempat diulang, kami jadi sadar selera humor The Addams Family kurang kaya.
Advertisement
Performa Christina Aguilera
The Addams Family hanya menjadi panggung bagi Wednesday dan Pugsley, yang akhirnya tahu definisi ritual Pedang Mazurka yang sebenarnya. Terasa ringan, tanpa emosi tajam, dan ekspres dalam menyelesaikan konflik. Itulah The Addams Family. Pesannya aktual, hanya teknik bertutur kurang andal. Menonton film ini sekilas seperti mendengar cerita dramatis tapi disampaikan oleh orang yang ekspresinya datar. Walhasil, kita tak 100 persen merasakan gejolaknya. Karakter Wednesday dan Pugsley penyelamat film ini.
Elemen lain yang tak kalah asoy, performa Christina Aguilera lewat lagu “Haunted Heart.” Mengalun di menit awal, lagu ini mempersiapkan kita mengarungi petualangan bersama para monster dalam dunia mereka yang terbalik. Intepretasi peraih 6 Grammy di lagu ini brilian. Teknik vokal dengan efek gagap dan lengkingan khas Aguilera di beberapa bagian membuat lagu ini terasa efektif menghidupkan suasana film. Boleh, dong dinominasikan di ajang Oscars tahun depan?
Pemain: Oscar Isaac, Charlize Theron, Chloe Grave Moretz, Finn Wolfhard, Bette Midler, Allison Janney, Elsie Fisher, Jenifer Lewis
Produser: Gail Berman, Conrad Vernon, Alex Schwartz, Alison O'Brien
Sutradara: Greg Tiernan, Conrad Vernon
Penulis: Matt Lieberman
Produksi: Metro Goldwyn Mayes, Universal Pictures
Durasi: 1 jam, 27 menit
(Wayan Diananto)