Sukses

Begini Cara Angga Yunanda Atasi Trauma Berenang dan Naik Sepeda Motor

Angga Yunanda memulai kariernya dengan berakting dalam sinetron Mermaid In Love.

Liputan6.com, Jakarta - Angga Yunanda memulai karier dengan berakting di sinetron Mermaid In Love. Dalam sinetron tersebut, ia harus melakukan adegan berenang dan menyelam.

Siapa sangka Angga Yunanda kala itu takut berenang. Bukan karena tak bisa, melainkan aktor kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat, 16 Mei 2000, itu trauma.

"Waktu kecil ia sempat mengalami hal yang tidak enak di kolam renang. Makanya ia sempat tidak mau berenang," cerita ayah Angga Yunanda, Muhammad Nasir, di Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Namun lantaran tuntutan peran, Angga Yunanda melawan trauma tersebut.

 

2 dari 7 halaman

Pasti Bisa

"Sekarang sudah enggak. Sudah membuktikan diri. Semuanya kalau kita berani untuk melawan itu bakal bisa, sih," terang Angga Yunanda.

 

3 dari 7 halaman

Masih Takut

Pemain film Dua Garis Biru ini menceritakan awal dirinya melawan trauma.

"Pertama kali main Mermaid In Love sudah bisa, sih berenang dasarnya. Tapi untuk berenang lebih tinggi aku tuh masih takut. Kalau 160 sampai 170 sentimeter aku masih aman, enggak bakal tenggelam. Tapi kalau sudah dua meter wah itu parah banget," lanjutnya.

 

4 dari 7 halaman

Menyelam

Dalam berbagai adegan, Angga Yunanda harus menyelam di laut dan kolam renang. Meski takut, ia ingin membuktikan bisa melakukannya.

 

5 dari 7 halaman

Ogah Menyusahkan Orang Lain

"Awalnya karena enggak mau nyusahin orang lain, sih. Apalagi syuting sampai pagi, kalau mereka terkendala gara-gara aku makanya aku introspeksi diri," beri tahu Angga Yunanda. 

6 dari 7 halaman

Keluar dari Zona Nyaman

Akhirnya Angga Yunanda memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman. "Ya sudah aku nge-push diri sendiri untuk keluar dari zona nyaman. Aku coba terus menerus. Akhirnya terbiasa sendiri," ia mengingat.

 

7 dari 7 halaman

Trauma Naik Motor

Ternyata, Angga bukan hanya trauma dengan kolam renang tapi juga naik sepeda motor. Lagi-lagi, ia melawan trauma itu.

"Pas TK aku ingat banget lagi di atas motor, kita kan anak kecil suka duduk di depan. Waktu itu motornya nyala tapi papa lagi mengobrol enggak sengaja ngegas motornya. Dari situ (aku) sudah enggak berani. Tapi saat SMP kelas 3, aku mulai belajar motor lagi dan sudah enggak trauma lagi," pungkasnya.